Pemerintah sepertinya benar – benar serius memperhatikan masalah Ujian Nasional di Indonesia. Ujian Nasional memang jadi ujian akhir yang harus dilewatin pelajar sekolah menengah tingkat akhir, atau selevel SMU. Tapi apa memang harus sebegitunya ya?
Kalau gak salah saya ujian akhir SMU itu ditahun 2003, waktu itu saya sekolah di salah satu SMU negeri terkemuka di Bandar Lampung. Dan memang saya mengakui, yang namanya ujian akhir itu punya pressure-nya sendiri. Saya yang selalu santai tiap ujian, gak bisa rileks pas deket – deket sama hari H nya.
Di zaman saya waktu itu, kalau ndak salah jadi tahun pertama penerapan nilai minimum kelulusan. Minimal kelulusan adalah nilai 3, dengan rata – rata nilai minimum kalau gak salah sekitar 4 atau 5. Sudah lupa juga. Dan jujur aja, ujian dengan pressure eksternal bener – bener memecah konsentrasi. Ditengah usaha kita buat ngerjain soal, pas ketemu soal yang sulit pikiran langsung pecah, “waduh kalau gak bisa, gak sampe nilai 3, gak lulus deh”.
Jujur aja, saya kurang mengikuti ketentuan Ujian Nasional yang sekarang. Hanya saja, barusan saya baca sebuah berita tentang usaha pemerintah untuk mencegah kecurangan. Kabarnya, paket soal UN dibagi menjadi 20 paket, dengan masing – masing lembar jawaban berpasangan dengan soal, dan di lembar jawaban sudah terpasang barcode kode soal.
Saya jadi mikir, seandainya saya yang mau ujian, pasti hal kayak gini bener – bener mecah konsentrasi saya. Soal yang susah, standar nilai yang tinggi, ditambah lembar jawaban dengan barcode yang aneh – aneh. Pertanyaannya, apakah ini bener – bener penting?
Saya enggak tahu sejauh itu, apalagi dengan pertimbangan mereka yang diatas sana. Tapi kalau saya bisa kasih saran buat siswa SMU yang mau ikut Ujian Nasional, coba deh belajar kayak biasa aja. Fokusin aja sama mata pelajaran kamu, materi – materi yang ada. Gak usah pikirin standar nilai, kode soal dan lainnya. Tugas kamu cuma menjawab soal sebaik mungkin, udah itu aja.
Diluar itu semua, kalau nanti terjadi kegagalan menembus UN, masa depan generasi muda seperti kalian bukan ditentukan dari sekedar nilai ujian kok. Buat saya, 3 tahun masa pendidikan gak sebanding dengan ujian yang hanya beberapa hari saja. Bukankah selama 3 tahun di SMU, mereka sudah menjalani serangkaian proses untuk jadi lebih baik. Mereka punya sisi lain untuk dinilai.
“Karena kesuksesan seseorang melewati proses pembelajaran, bukan hanya dilihat melalui bulatan hitam di selembar kertas jawaban UN” – iKurniawan