Sepertinya saya mengalami apa yang disebut-sebut dengan writer’s block. Beberapa kali mencoba tempat makan atau ngopi baru, bahkan berkunjung ke tempat baru, namun tidak ada satupun tulisan organik baru di blog yang diposting. Jadi, mari mulai memperbaiki ini semua.
Bekerja di salah satu kota di Pulau Papua ini ternyata cukup banyak hari libur yang didapat. Liburnya bersifat lokal, atau fakultatif. Jadi saat teman-teman di provinsi lain, khususnya di Kantor Pusat Jakarta tengah sibuk bekerja, kami bisa berlibur dan bersantai.
Lupa kapan waktu tepatnya, tapi sekitar bulan Februari 2024 kemarin saya dan beberapa rekan kantor memutuskan untuk healing sejenak ke Raja Ampat. Menjelang libur panjang fakultatif, salah satu mitra kerja menawarkan kantor lama mereka yang katanya sudah kosong dan dijadikan mess untuk jadi tempat bagi kami menginap dan menjauh dari keramaian saat liburan.
Setelah berembuk beberapa hari, akhirnya diputuskan kami sebanyak 8 orang akan berlibur ke mess di pulau tersebut. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan estimasi biaya perjalanan 300 ribu untuk pulang dan pergi.
Mess rekan kerja kami tersebut terletak di Pulau Saonek. Sebuah pulau yang cukup kecil tak jauh dari Kota Waisai, Waigeo, Raja Ampat.
Setelah 2 jam perjalanan kapal penyebrangan ke Waisai, kami masih harus naik long boat ke Pulau Saonek. Perjalanan ini tidak terlalu lama, mungkin sekitar 15 sampai 20 menit saja. Tapi karena 8 orang plus 1 motoris dengan long boat yang tidak terlalu besar, rasanya cukup menguji nyali juga.
Tidak banyak yang saya ketahui soal Pulau Saonek, hanya tahu dari orang-orang setempat saja. Kata mereka, Pulau Saonek ini menjadi pusat pemerintahan saat awal-awal pembangunan di Kabupaten Raja Ampat. Setelah Kota Waisai mulai ramai, maka kantor-kantor dan sebagian masyarakat berpindah ke kota di Pulau Waigeo.
Pulau Saonek sendiri tidak terlalu besar, pun penduduknya tidak terlalu ramai. Jika tidak salah ingat, saya tidak melihat satupun kendaraan bermotor di pulau ini. Alat transportasi mereka hanya perahu, atau long boat untuk menuju ke Waisai selaku kota utama atau ke pulau-pulau lainnya.
Selama 3 hari 2 malam tinggal di Pulau Saonek tak banyak yang bisa dilakukan, tapi rasanya cukup menenangkan. Yang kami lakukan hanya bersantai, berkeliling perkampungan, duduk memandang lautan, melihat sunrise dan sunset, berenang di pantai dan memancing di dermaga.
Masyarakat setempat sangat ramah. Mereka sering memancing di dermaga dengan hasil yang cukup banyak. Bahkan tanpa ragu mereka membagi hasil pancingannya ke kami.
Mungkin untuk orang-orang yang agak manja seperti kami, sedikit masalah di panasnya matahari yang sangat ramah. Seperti tidak pelit dalam memberikan pancaran cahayanya. Cuma 3 hari saya di Pulau Saonek, sudah cukup membuat muka saya terbakar merah seperti udang rebus.
Berada di pulau yang dikelilingi laut nan jernih, rasanya tak lengkap jika tidak memancing. Tuan rumah kemudian menawarkan untuk memancing di wilayah belakang pulau. Sebentar saja katanya, tipis-tipis.
Meski sebentar, mancing di daerah kepulauan rasanya sangat memuaskan. Ikan yang kami dapat lumayan banyak. Kebanyakan kerapu, baik itu yang warna cokelat, hitam bahkan merah. Katanya sih, kerapu merah dengan bintik-bintik biru ini kerapu yang paling mahal.
Saat memancing, kami juga sempat melihat seekor lumba-lumba besar yang menunjukkan keberadaannya. Sempat pula ikan tangkapan saya dikejar ikan kerapu berukuran besar, yang sepertinya baru itu saya melihat kerapu sebesar itu!
Waktu 3 hari 2 malam ternyata terasa cukup singkat jika digunakan untuk liburan. Di hari ketiga, pagi hari kami gunakan untuk berenang di pantai, sarapan mie goreng dan pisang goreng serta ditemani secangkir kopi.
Sebelum jam 9 pagi, kami sudah selesai beberes dan packing untuk kembali ke Kota Sorong. Kapal dari Waisai menuju Kota Sorong hanya ada dua kali dalam sehari.
Karena keesokan harinya akan kembali bekerja, kami memilih untuk menggunakan kapal pagi. Tengah hari, kami sudah tiba kembali di kediaman masing-masing untuk beristirahat.
Mungkin kapan-kapan kalau ada libur fakultatif lagi, healing seperti ini bisa dicoba lagi. Menyenangkan, menenangkan!
Semua foto diambil dengan menggunakan ponsel Xiaomi 13T dengan penyesuaian sewajarnya. Untuk koleksi foto lainnya, bisa lihat-lihat di instagram saya ya. Kalau untuk foto-foto saat berenang, kebetulan tidak ada. Sekalipun ada, rasanya tidak layak tayang.
Pulau Saonek sangat indah ya, airnya kelihatannya jernih banget, enak buat berenang, mana cukup sepi lagi jadi tidak terlalu bising.
Memancing juga jos, cuma sebentar dapat banyak ikan kerapu.