Jika mendengar nama Raja Ampat, sudah pasti langsung terbayang dengan laut nan begitu jernih dengan pasir pantai yang putih. Seperti yang banyak diberitakan dan diceritakan oleh banyak orang dan berbagai media. Tapi, apakah memang benar seindah itu?
Kebetulan, beberapa waktu lalu saya mendapatkan tawaran untuk menemani salah satu lembaga di acara one day trip mereka ke Raja Ampat. Meski awalnya menolak karena memang tidak terlalu dekat dengan orang-orangnya, tapi namanya rejeki sudah digariskan. Jadilah saya berangkat juga!
One Day Trip Raja Ampat
Seperti juga tempat wisata kenamaan lainnya, ada agen-agen wisata yang menyediakan fasilitas trip dengan kriteria tertentu. Untuk di wilayah Sorong, yang cukup umum adalah One Day Trip ini. Jadi pergi dari pagi hari sekitar pukul 6 pagi, lalu kembali ke Kota Sorong menjelang maghrib.
Perjalanan ke wilayah Raja Ampat memakan waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan speed boat. Dalam satu kali trip, jumlah peserta antara 15-20 orang untuk satu speed boat. Karena kemarin rombongan, kami menggunakan 3 speed boat dengan jumlah peserta sekitar 60 orang. Banyak kan?
Untuk one day trip kali ini direncanakan akan mengunjungi empat spot paling ikonik bagi wisatawan di wilayah Raja Ampat, yaitu Piaynemo, Telaga Bintang, Arborek dan terakhir Pasir Timbul.
Dan berikut ini pendapat saya pribadi tentang masing-masing tempat yang kami kunjungi.
Piaynemo Raja Ampat
Ini adalah spot paling ikonik dan sangat wajib harus kudu dikunjungi kalau ke Raja Ampat. Rasanya Hampir semua foto yang menyebutkan tentang raja ampat, diambil di spot ini. Dan dalam one day trip kami, ini adalah spot pertama yang dikunjungi.
Untuk ke spot utama di Piaynemo, kapal motor harus berjalan perlahan memasuki wilayah laut dangkal dengan banyak bukit atau pulau-pulau kecil. Point penting (kalau kamu wisatawan) adalah saat mulai memasuki wilayah Kepulauan Piaynemo, standby dengan kamera deh. Karena di pulau gerbang terluar, ada tulisan selamat datang yang cukup keren.
Selanjutnya kapal motor atau perahu akan bersandar di dermaga kecil dan penumpang turun untuk melanjutkan perjalanan ke spot wisata Piaynemo. Spot wisata ini ada di puncak salah satu pulau yang dapat dicapai dengan menyusuri anak tangga sejumlah 350an. Perjalanannya cukup sejuk karena sepanjang jalan dilindungi oleh pohon-pohon nan rindang.
Untuk sampai ke spot terakhir, wisatawan harus bergantian karena maksimal pengunjung di spot terakhir adalah 30an orang. Selain untuk menjaga jarak, ini untuk meminimalisir risiko. Mengingat lokasi yang cukup tinggi dan kayu-kayu yang digunakan sudah cukup berumur.
Di sini, kamu wajib banget untuk berfoto-foto sampai puas. Ingat, ini spot foto yang cuma ada di Raja Ampat dan menjadi ikon dimana-mana. Sampai-sampai uang kertas 100 ribuan juga menggunakan spot ini sebagai salah satu gambarnya. Jadi, bisa tuh dijadikan modal foto Instagram. Foto uang 100 ribu di spot langsung!
Beberapa tips dan catatan dari perjalanan kemarin kalau mau ke Piaynemo lagi, pertama gunakan pakaian (baju – celana – sendal/sepatu) yang sangat nyaman dan antisipasi cuaca panas. Kalau punya, bawa juga sunglasses. Karena di atas itu puanasnya puolll!!!
Yang kedua, gunakan tabir surya minimal SPF50. Ketiga, bawa minuman dan sedikit permen (khusus kamu yang cepat lelah). Keempat, jangan bawa barang-barang tidak diperlukan. Terakhir, turun dari Piaynemo langsung cobain air kelapa muda/dugan yang dijual di dermaga. Kalau kebetulan ketemu, cobain juga masakan kepiting (apa udang ya?) yang unik dan dijual di situ.
Sedikit tambahan, jika memungkinkan cobalah untuk tiba di spot sepagi (atau sesore?) mungkin. Karena misi utama adalah foto-foto dan menikmati keindahan wilayah laut dan kepulauan, datang siang saat matahari terik adalah masalah tersendiri dalam agenda foto-foto.
Telaga Bintang Raja Ampat
Dari Piaynemo, kami berpindah ke spot Telaga Bintang yang masih satu area dengan Piaynemo. Katanya sih, ini spot keren banget. Dengan titik pandang yang pas, kita akan bisa melihat telaga dengan bentuk menyerupai bintang.
Sayangnya, karena harus menjaga waktu perjalanan dan spot ini ternyata sudah ramai, EO (event organizer) yang menjadi penyelenggara memutuskan agar peserta hanya berfoto saja di gerbang kedatangan. Ditambah dengan cuaca yang sangat panas, saya memutuskan untuk menunggu saja di kapal.
Sedikit gambaran, untuk bisa melihat Telaga Bintang, pengunjung harus naik ke puncak bukit yang ada. Berbeda dengan piaynemo yang ada tangganya, di sini kita harus memanjat jalur tebing yang ada. Jadi, cukup menantang fisik juga. Jadi perhatian untuk dipertimbangkan bagi wisatawan yang membawa anak kecil dan juga orang tua.
Arborek Raja Ampat
Spot ketiga adalah Arborek, sebuah pulau perkampungan wisata yang menurut tim EO pernah menjadi salah satu desa wisata terbaik di Indonesia. Rencananya di Arborek kami akan istirahat makan siang dan dilanjutkan dengan snorkeling melihat keindahan biota laut Raja Ampat.
Kesan pertama setelah tiba di Arborek, wow air lautnya benar-benar crystal clear!!
Kita benar-benar bisa melihat ikan-ikan yang beragam berenang bebas tanpa perlu menceburkan diri ke laut. Sepanjang mata memandang adalah pasir putih, laut jernih dan langit biru dengan cuaca yang cerah. Ehm, ya kebetulan faktor cuaca lagi semangat-semangatnya membakar kulit juga.
Singkat kata singkat cerita, setelah makan siang maka saya ikut menceburkan diri ke spot snorkeling yang ditetapkan panitia, yaitu di sekitar dermaga. Dengan kedalaman sekitar 4-5 meter dan sedikit pengetahuan saya tentang dunia snorkeling, saya melompat dengan menggunakan kacamata dan snorkle yang disediakan.
Di laut yang jernih ditambah cuaca yang sangat cerah, maka isi laut pantai Arborek terlihat dengan jelas. Berbagai jenis ikan laut dengan macam ukuran wara-wiri di sekitar kami semua. Dan ini bukan cuma ‘ikan hias’ yang warna-warni itu, ada juga ikan besar-besar macam bubara (giant travelly) dan juga blue fin travelly. Alih-alih pingin lihat-lihat, saya malah kepikiran pingin mancing!
Sayangnya, di spot yang telah ditetapkan EO ini kita hanya bisa melihat keindahan ikan-ikannya. Tapi kalau soal biota laut lain macam terumbu karang yang macam-macam dan warna warni, ini bisa dibilang mengecewakan. Entah karena sudah terlalu ramai, salah spot, atau hancur kena kapal, tapi terumbu karangnya bisa dibilang ‘rata tanah’. Sisa sedikit-sedikit karang saja. Cukup menyedihkan buat saya.
Nilai minus lainnya adalah kamar mandi atau toilet umum yang saat kami berkunjung, tidak ada airnya. Jadinya kami harus meminta sedikit air ke warga setempat untuk bilas-bilas. Keran air yang disambungkan ke pemandian, baru menyala (atau dinyalakan) setelah kami sudah mau pulang dan sudah selesai berganti pakaian.
Pasir Putih / Pasir Timbul Raja Ampat
Spot terakhir yang kami kunjungi adalah Pasir Putih atau Pasir Timbul. Menurun info awal yang kami dapat, spot ini adalah area pasir memanjang di tengah laut Raja Ampat yang hanya muncul sesekali saat laut sedang surut. Jadi untuk bisa mendapatkannya, itu butuh suatu keberuntungan dan timing yang baik!
Sayangnya (lagi), kami sedang tidak beruntung. Sepertinya kami tiba terlalu cepat, karena pasir masih tertutup air laut sehingga tidak bisa disinggahi.
Namun EO tentu saja punya rencana cadangan. Di sebelah area Pasir Timbul, ada pulau (sangat kecil) yang bisa disinggahi. Setelah kapal merapat dan penumpang turun, maka hampir semua orang bermain di pantai dengan pasir super putih dan air nan sangat jernih. Bahkan ada beberapa orang yang nekat berenang dengan pakaian komplit karena sudah kepalang bersih-bersih di Arborek!
Untuk yang suka foto landscape, kalau main ke sini sepertinya wajib banget bawa perlengkapan tempur lengkap. Kamera, lensa wide, tripod, ND, GND dan CPL filter is a must. Tentu disertai doa yang kenceng biar pas sampai, cuaca lagi ganteng-gantengnya!
Selesai di area pulau mini pasir timbul, kami langsung bergegas dan berangkat kembali menuju Kota Sorong. Diwarnai dengan hujan deras di perjalanan, ombak lumayan tinggi dan kapal yang sempat mogok, alhamdulillah setelah 1 jam perjalanan kapal mulai merapat ke dermaga!
Dari pengalaman ikut di one day trip Raja Ampat itu, saya cukup mendapatkan kesan SEDIKIT pesona Raja Ampat yang banyak dibicarakan. Sedikit di sini bukan karena tidak bagus, justru karena di luar spot-spot tersebut, Raja Ampat masih menyimpan puluhan atau mungkin ratusan pesona yang bisa dikunjungi dan dinikmati.
Main ke spot yang sudah cukup umum tentu saja jadi terlihat ‘wisata’ sekali. Rasanya akan lebih menarik kalau saya mendapatkan kesempatan untuk main ke spot-spot yang lebih alami dengan pesona alam yang lebih wah!
Mengingat posisi dimana saya baru tinggal di sini sekitar 2 bulanan, maka semoga saja saya nanti punya kesempatan untuk eksplore Raja Ampat lebih banyak lagi.
Tapi untuk kamu yang cuma berkunjung ke Sorong atau Papua Barat, one day trip bisa jadi solusi untuk merasakan dan mendapatkan ‘teaser’ tentang bagaimana indahnya Raja Ampat yang masih begitu alami. Soal harga, untuk open trip biasanya ada di sekitaran harga di bawah 2 jutaan dengan spot seperti yang sudah saya ceritakan.
Bagaimana, tertarik?
[…] bulan Februari 2024 kemarin saya dan beberapa rekan kantor memutuskan untuk healing sejenak ke Raja Ampat. Menjelang libur panjang fakultatif, salah satu mitra kerja menawarkan kantor lama mereka yang […]
Enaknyaaaa mas tinggal di sana. JD kalo mau ke raja Ampat ga jauh2 amat 😄. Aku nyeseeel dulu pas papa msh kerja di LNG Tangguh Bintuni, aku ga pernah mau diajak kesana. Sekarang nyesel, apalagi tiketnya udh gila2 an 🤣..
Tapi raja Ampat dan eksplor Papua udh ada sih dlm bucket list ku. Harus bisa datangin ini, walo hrs nabung dulu 😄
hahaha, iya nih. Klo mo ke raja ampat tinggal duduk manis 2 jam di kapal aja.
tapi kalau ke tempat wisata-wisata yang kenamaan itu, beda lagi urusannya
😀