Saya sangat menyukai kopi. Walaupun tidak masuk penggemar apalagi kategori enthusiast, tapi menyesap kopi itu rasanya menyenangkan. Makanya, hampir setiap hari ada saja kopi di meja kerja saya. Entah itu kopi kekinian pesan di ojek online, kopi sachet seduh sendiri ,atau juga ‘kopi beneran’ yang dibuat dengan sok serius.
Istilah kopi beneran ini saya dapat dari teman yang memang penggemar kopi dan membuat semua kopinya dari biji, digiling lalu diseduh dengan berbagai teknik. Baik itu pakai mesin espresso, mokapot, v60 atau aeropress. Pokoknya, itu kopi beneran. Kalau yang bungkusnya disobek, buat dia itu kopi-kopian.
Sebelumnya, saya juga pernah mencoba untuk membuat ‘kopi beneran itu’. Beberapa alat kopi masih saya koleksi, mulai dari vietnam drip yang jadi favorit, mokapot dan juga french press. Memang hasilnya lebih memuaskan. Tapi rasa malas mengalahkan segalanya. Jadi akhirnya kembali ke yang instan-instan saja.
Nescafe Classic, Kopi Favorit Hotel
Saat kebetulan tugas atau menghadiri rapat di hotel, bisa dibilang saya hampir selalu menemukan sachet kopi Nescafe Classic. Baik itu di kamar, atau di meja coffee break. Mungkin karena kopi ini jenis soluble coffee yang mudah diseduh dan tidak meninggalkan ampas. Atau bisa juga karena jenis ini dibuat dari 100% robusta (katanya), yang bisa mengusir kantuk. Jadi biar rapatnya enggak sambil tidur.
Pun demikian, saya tidak pernah suka kopi Nescafe Classic ini. Mau itu murni kopi hitam, pakai gula, pakai krimer, bahkan pakai susu pun tetap tidak cocok di lidah. Beberapa kali saya coba dengan meniru resep di internet, sampai judul ‘mudah membuat kopi kekinian’ pakai si Nescafe Classic ini, tetap saja tak sesuai selera. Akhirnya, ya balik ke kopi instan atau kopi bubuk biasa lagi.
Mencoba Kopi Nescafe Gold Blend
Saat mencari-cari kopi instan apa yang akan saya coba berikutnya, secara tidak sengaja saya menemukan si Nescafe Gold ini. Katanya sih, dahulu namanya masih Nescafe Gold Blend, tapi sejak 2020 ganti kemasan kaca dan kata ‘Blend’ dihilangkan. Entah kenapa.
Awalnya agak ragu juga ingin mencoba, mengingat harganya yang sekitar 4x dari harga Nescafe Classic. Namun untuk mendapatkan pengalaman rasa kopi yang sesuai selera, akhirnya saya nekat juga memesan jenis Nescafe Gold 100gr di toko online.
Secara kemasan, mungkin bisa dibilang premium ya. Entah dari kemasan botol kaca tebal, atau aksen warna gold yang digunakan. Keliatan aja, mahal gitu.
Kesan pertama dari kopi Nescafe Gold ini adalah aroma kopi yang harumnya luar biasa. Berbeda dengan varian Classic, Nescafe Gold ini dari harumnya tidak terkesan rasa pahit menusuk. Butirannya kecil-kecil seperti serpihan. Mungkin karena metode freeze dried dalam pembuataannya, sehingga memiliki tekstur yang padat dan terlihat kering.
Karena saya penggemar kopi campur susu, baik dengan atau tanpa gula, maka saya membuat seduhan kopi ini selalu dalam komposisi pekat. Satu sendok teh kopi dicampur dengan (sekitar) 40-50ml air, biasanya pakai air panas dari dispenser. Jenis kopi yang instant soluble juga membuat kopi Nescafe Gold ini bisa diseduh dengan air dingin, jadi cocok untuk bikin es kopi kekinian ala-ala rumahan.
Begitu di seduh, hmmmm harumnya mantap. Dari rasa juga pahit, tapi tidak menusuk. Mungkin karena komposisi kopi yang terbuat dari (katanya) perpaduan robusta dan arabica. Makanya campuran harum dan asam arabica dengan pahit robusta yang strong, membuat rasa kopi ini menurut saya jadi lebih pas di lidah.
Paling menarik adalah saat kopi saya campurkan ke susu hangat dan siap diminum. Begitu di seruput, sebelum diberi gula atau syroup, rasanya sudah nikmat. Pas banget untuk saya yang memang sedang berniat mengurangi konsumsi gula. Tinggal kopi dan susu, rasanya sudah sip!
Perbedaan Kopi Nescafe Gold dan Nescafe Classic
Dari pengalaman dan lidah saya yang tidak terlalu skillfull soal dunia perkopian ini, ada beberapa poin yang membedakan antara Nescafe Gold dan Nescafe Classic. Pertama adalah dari komposisinya. Jika saya tidak salah ingat dan rasakan, Nescafe Classic dibuat dari kopi murni robusta. Sementara Nescafe Gold dibuat dari campuran biji kopi arabica dan robusta. Bahkan untuk varian tertentu, ada pula yang menggunakan biji arabica dari daerah tertentu.
Yang kedua, adalah dari metode roasting yang digunakan dalam mengolah biji kopinya. Dari rasa yang dihasilkan dan warna bubuk kopinya, Nescafe Classic ini sepertinya di-roast dengan metode dark roast. Sehingga rasa yang dihasilkan lebih pahit dan cukup tajam. Sementara untuk Nescafe Gold lebih ke arah medium to light, sehingga rasa dan aroma kopi masih terjaga dan terasa mild. Mungkin untuk menjaga aroma dan cita rasa biji arabika yang digunakan.
Terakhir sih sudah pasti dari segi harga ya. Harga Nescafe Gold ini lumayan tinggi dan cukup meresahkan porsi jajan bulanan. Tapi kalau mau hemat, ada pula yang varian refill dengan harga lebih terjangkau. Cuma ya tidak dapat jar, jadi kita harus menyiapkan tempat kopi sendiri. Selain itu, karena langganan saya ini harganya cukup bersaing, jadi harus cepet-cepetan checkout kalau pas barang datang.
Untuk membeli Nescafe Gold nan murah yang biasa saya beli, bisa cek langganan saya di sini: Nescafe Gold Refill.
Membuat Es Kopi Kekinian Dengan Nescafe Gold
Dengan sifatnya yang instant soluble dan bisa diseduh dengan air suhu ruangan, kopi Nescafe Gold ini jadi lebih mudah untuk dijadikan bahan bikin es kopi kekinian. Yang dibutuhkan cuma kopi Nescafe Gold, susu full cream dingin, es batu dan pemanis. Untuk pemanis bisa dipilih, mau pakai kental manis, sirup gula merah atau sirup lainnya. Kalau kopi kekinian, biasanya pakai sirup gula merah.
Saya sendiri karena belum bikin, atau beli, sirup gula merah/aren jadinya menggunakan kombinasi susu UHT full cream dan sirup caramel atau kental manis saja. Dan rasanya, maknyus. Lumayanlah, daripada selalu beli kopi kekinian di harga 15-25 ribuan per-hari, bikin sendiri ternyata lebih memuaskan dan lebih hemat.
Dan karena kopi Nescafe Gold saya sudah mencapai butir-butir terakhir, saya sudah menyiapkan varian pouch refill 170gram di cart toko online. Tinggal checkout dan harga lebih hemat lagi!
Tertarik coba juga?
[…] Waktu 3 hari 2 malam ternyata terasa cukup singkat jika digunakan untuk liburan. Di hari ketiga, pagi hari kami gunakan untuk berenang di pantai, sarapan mie goreng dan pisang goreng serta ditemani secangkir kopi. […]
[…] Kendalanya mungkin di kopi, karena umumnya membutuhkan mesin atau alat untuk membuat espresso yang biasanya mahal. Nah, untuk mensiasatinya kamu bisa menggunakan kopi jenis soluble coffee yang dijual bebas. Tinggal bagaimana kamu meracik untuk menemukan campuran yang pas saja. Soal soluble coffee ini pernah saya tulis di sini: Membuat Kopi Kekinian di Kosan. […]
[…] Kendalanya mungkin di kopi, karena umumnya membutuhkan mesin atau alat untuk membuat espresso yang biasanya mahal. Nah, untuk mensiasatinya kamu bisa menggunakan kopi jenis soluble coffee yang dijual bebas. Tinggal bagaimana kamu meracik untuk menemukan campuran yang pas saja. Soal soluble coffee ini pernah saya tulis di sini: Membuat Kopi Kekinian di Kosan. […]