Sebagai orang yang berasal dari daerah, jujur saja saya enggak banyak mengenal jenis ‘merk’ dan jenis bioskop. Dari kecil yang saya tahu cuma bioskop yang tidak branded karena dinamai sesuai lokasi dan gedungnya, agak besar kenal dengan yang namanya 21, kuliah ke Jakarta mulai kenal XXI, sampai di Surabaya merasakan apa yang namanya IMAX. Dan sejauh ini, IMAX adalah yang cukup mengesankan, walau enggak jarang juga mengecewakan. Soal selera saja.
Tapi kemarin adalah pengalaman baru buat saya. Karena penasaran dengan penayangan hari pertama film Suicide Squad sekaligus ada ajakan mendadak dari teman, saya akhirnya memutuskan untuk menonton film di tempat yang belum pernah saya datangi. Bioskop itu namanya CGV Blitz, atau mungkin lebih dikenal dengan nama BlitzMegaplex. Entah yang mana yang sekarang dipakai. Lokasi yang dipilih adalah Grand Indonesia. Alasannya simpel. Jam tayang tinggal 1 jam lagi. Grand Indonesia adalah lokasi yang paling dekat dan kemungkinan besar masih terkejar.
Saya enggak akan bahas gimana “wah”-nya mall Grand Indonesia dan momen salah kostum dengan sendal jepit andalan saya. Marilah kita fokus dengan nuansa bioskop dan ruang studionya saja. Area bioskop BlitzMegaplex ini terletak di lantai 8 area….timur atau barat ya. Saya juga lupa. Yah untuk sampai ke lokasi, ternyata ada lift khusus yang kalau dari lobi letaknya agak jauh ke dalam.
Desain dari lobby dan interior area BlitzMegaplex ini menurut saya keren pake banget. Enggak seperti bioskop kebanyakan didesain tempat pembelian tiket – snack – ruang tunggu – studio, BlitzMegaplex seperti menciptakan lobby yang menarik. Pastinya sih masih ada yang jual tiket dan snack di lobby, tapi desain interior dan tata letak semuanya itu enggak monoton. Malah kalau enggak dikejar-kejar waktu, rasanya enak nongkrong dulu sambil ngopi-ngopi cantik atau lihat mobil yang tengah dipromosikan. Yups, ada sales jualan mobil beserta mobilnya di lobby. Kebayang kan?
Studio Film 4DX CGV Blitz
Karena mau sesuatu yang beda, saya juga milih studio yang enggak ada di bioskop yang selama ini biasa saya datangi. Bioskop dengan format 4DX ini katanya sih bakal ngasih sensasi yang berbeda saat menonton film. Dan karena pensaran plus baru gajian, boleh deh sesekali nonton yang agak mahalan dikit.
Masuk ke ruang studio, jujur saya agak kecewa karena layar dan desain yang terbilang kecil. Malah mungkin ini adalah layar paling kecil di bioskop modern yang pernah saya datangi. Jumlah kursi penonton juga ternyata enggak banyak-banyak amat. Mungkin karena memang penontonnya juga enggak pernah banyak. Entahlah, itu urusan manajemen. Toh sepinya penonton juga bikin saya lebih nyaman nontonnya.
Nilai minus lainnya buat saya adalah jarak antara kursi antar baris itu kurang tinggi. Beruntung kalau di depan kamu adalah kursi kosong. Tapi kalau ternyata di depan kamu yang duduk adalah orang dengan tinggi badan di atas rata-rata, yah terima aja deh kalau kamu sedikit ketutupan kepala orang. Enggak banyak kok, sedikiiiiiittt. Kecuali kamu orangnya perfeksionis. Mungkin bakal terganggu gitu.
Untungnya itu semua tertolong dengan kursi yang nyaman. Busa yang tebal dan empuk, plus ada pijakan kakinya membuat posisi nonton jadi lebih mantap. Karena saya memilih baris paling atas, ternyata terbilang cukup tinggi juga ke arah layar. Mungkin lain kali milih baris agak ke tengah saja.
Pengalaman Nonton Film 4DX
Sebelum film dimulai, bioskop CGVBlitz ini ternyata memberikan sedikit klip film demonstrasi tentang apa itu film 4DX. Intinya sih, kita diajak merasakan sensasi sesuai dengan apa yang kita lihat di film. Kursi tempat kita duduk akan miring ke kanan dan kiri, berguncang atau bahkan ‘memukul’ ketika adegan semakin seru. Dan memukul di sini maksud saya ada yang bergerak-gerak di punggung atau pinggang belakang. Buat saya ini menyenangkan. Karena serasa nonton film sambil dipijitin!
Enggak cuma itu, ketika adegan malam hari di tengah kota, tiba-tiba ada angin yang berhembus seperti kita sedang berdiri di tengah jalan kota tersebut. Dan ketika adegan tokohnya terjatuh ke dalam air, maka ada air yang menyemprot ke wajah kita. Tenang, bukan seperti kran air kok. Mungkin bisa dicontohkan seperti kipas angin yang ada embun airnya itu. CUma lebih kencang aja nyemprotnya.
Karena kebetulan film yang saya tonton ini juga dengan format 3D, maka saya nonton sambil memakain kacamata 3D. Ukuran kacamatanya berbeda dengan yang biasa digunakan di IMAX. Lebih kecil dan ringan saja. Tapi entah karena filmnya, atau karena layar kurang megah, rasanya efek 3D di film kurang terasa. Pendapat saya sih, memang filmnya kurang menonjolkan 3D saja.
Overall, dengan harga tiket yang nyaris 3X harga tiket di IMAX studio, rasanya nonton film dengan format 4DX boleh dicoba sesekali. Kalau film yang ingin ditonton tidak terlalu serius dan sedang ingin merasakan sensasi nonton yang berbeda saja. Tapi kalau untuk tiap film ditonton dengan format ini, rasanya saya nyerah deh. Bisa berantem sama dompet. Kecuali kalau ada yang mau mbayarin…
Berbagi pengalaman yang sederhana tapi menarik
Nah ada juga yang bahas bioskop 4D 😀
saya mau nyoba nonton, tapi takut gak sesuai harapan. kan sayang banget uangnya, tiket mahal hehe
makasih ya mas, udah berbagi pengalamannya. mungkin akhir pekan bisa dicoba nih 😀
kalau buat senang-senang sesekali boleh lah mas
😀