Liburan Idul Adha kemarin saya menyempatkan diri untuk mudik ke Bandar Lampung. Memang kalau melihat kalender, hari Idul Adha kemarin tidak memiliki hari libur yang cukup panjang. Namun walaupun harus mengorbankan uang makan bulanan dan juga tentu harus bolos kuliah, tapi buat saya berkumpul dengan keluarga itu lebih penting.
Masalah pertama yang saya temui tentu mencari moda transportasi apa yang akan saya gunakan dari Surabaya menuju Jakarta. Memang melihat tiket Air Asia cukup murah, sekitar 400-ribuan. Namun dengan taksi menuju bandara, airport tax dan taksi dari Soetta menuju Gambir nantinya, bisa mencapai 600 ribuan. Bukan pilihan baik, hingga akhirnya saya memutuskan untuk naik Kereta Argo Anggrek malam saja yang kebetulan dapat di harga 300-ribu rupiah.
Sedikit kesan tentang kereta Eksekutif jurusan Jakarta – Surabaya ini, entah mengapa selalu mendapat kereta dengan kualitas yang naik turun. Kadang dapat kereta yang kursinya empuk, AC dingin dan nyaman. Tapi tak jarang juga saya dapat yang AC tidak terasa, kursi lusuh, bahkan ada kutu di kursinya. Sangat mengecewakan jika melihat label ‘eksekutif’ yang diusung.
Sesampai di Stasiun Gambir, saya punya 3 pilihan untuk menuju Bandar Lampung. Yang pertama adalah bis Damri, kedua adalah travel minibus, dan ketiga tentunya estafet. Harapan saya adalah naik Damri, karena selain jam keberangkatannya sekitar 1 jam sejak kedatangan saya ke Gambir, saya juga tidak perlu banyak berpindah tempat. Tinggal duduk saja.
Singkat cerita, karena kelas bisnis menyisakan kursi yang kurang nyaman, dan kelas eksekutif terpaut sedikit dengan kelas ‘tertinggi’, maka saya memutuskan untuk mencoba Damri Royal Class yang cukup fenomenal itu. Sayang kursi single seat nya sudah terisi penuh, tapi tak masalah. Toh saya pasti tidur nyenyak di perjalanan
😀
Bis Damri Royal Class yang saya tumpangi ini adalah yang berwarna merah. Kesan pertama saya melihat si Merah ini dari dekat adalah megah, wah, dan eksklusif. Yups, memang warna merah memberikan kesan seperti itu kok. Masuk ke kabin, terlihat cukup nyaman dan luas. Seat nya 2-1, jumlah seat sendiri saya lupa menghitung.
Pada bagian ekor, ada 2 kursi untuk penumpang yang ingin merokok, toilet dan minibar. Di minibar sendiri ada dispenser kecil (benar – benar kecil), dan beberapa sachet kopi. Menurut info sih gratis untuk mereka yang ingin minum kopi hangat di perjalanan. Dan katanya, di awal peluncuran Damri Royal Class, bukan dispenser yang ada di minibar tersebut. Melainkan sebuah mesin coffee maker. Tak tahulah, saya tidak melihat ada coffee maker saat itu.
Untuk kenyamanan perjalanan sendiri, jujur saya merasa kok agak nyaman ketika naik Royal Class dibanding kelas Bisnis. Sepertinya guncangan yang terasa sedikit lebih ’empuk’, dan tidak berisik jika ada guncangan. Mungkin karena masih baru. Tapi kalau dari tenaga, terasa sekali bagaimana larinya si Merah ini. Bahkan di jalur Bakauheni – Bandar Lampung yang banyak dipenuhi tanjakan, si driver dengan enteng memotong laju sebuah truk tanpa accelerasi yang lama.
Fitur lain yang saya coba tentu WiFi yang disediakan. Cukup lancar ketika kita berada di lokasi yang padat penduduk. Jika saya tidak salah, dan saya tebak koneksi yang digunakan adalah Telkomsel. Jadi koneksinya tentu tergantung dengan sinyal yang ada di lokasi tersebut.
Yah, itulah sedikit pengalaman saya ketika menikmati layanan kelas 1 yang disediakan Damri untuk para konsumennya. Selain Lampung – Jakarta, Damri Royal Class juga melayani jurusan Lampung – Bandung dan Lampung – Bogor. Untuk harga tiket, Lampung – Jakarta per-Oktober ini adalah 205ribu rupiah. Kalau ke Bandung, jika tidak salah lihat berada di harga 215ribu rupiah.
Update!!
Dalam bulan kemarin (November 2014), saya jadi dua kali naik Royal Class Damri ini. Yang pertama perjalanan Jakarta-Lampung, yang kedua adalah perjalanan kembali ke Jakarta sepuluh hari kemudian. Impresi saya ternyata tidak berubah. Hanya saja, sudah tidak ada lagi dispenser di bagian smoking area. Entah penurunan kualitas layanan, atau memang karena jarang dipakai penumpang.
Penurunan lainnya terlihat dari WiFi yang disediakan oleh pengelola. Meski masih terpasang stiker password WiFi tersebut, tapi ternyata WiFi tidak terdeteksi. Entah tidak dinyalakan, atau sudah dicopot. Tapi rasanya saya melihat ada WiFi router terletak di bagian atas kepala supir. Oh iya, di tempat bagasi bagian atas tersedia colokan listrik untuk charger ternyata. Saya baru tahu kemarin saat perjalanan pulang.
Soal harga, kenaikan BBM berimbas pada kenaikan harga tiket Damri Lampung-Jakarta-Lampung juga. Royal Class yang semula 215ribu saat saya ke lampung, ternyata naik per-30 Nopember 2014 menjadi 250ribu rupiah. Anehnya, saya membeli tiket 29 Nopember 2014 dengan harga lama, tapi saat akan naik bis pada 30 Nopember, ditarik selisih kekurangannya. Sepertinya tidak berlaku surut, atau karena saya belinya bukan di pull pemberangkatan?
Jadi bagaimana, tertarik untuk mencoba Damri Royal Class?
p.s. foto dalam postingan ini saya comot dari hasil searching di google images. Mohon maaf apabila kurang berkenan bisa langsung tinggal kan komen. Tribute to original photographer and uploader.
🙂
[…] kebiasaan yang sudah-sudah, maka saya mengagendakan untuk pulang ke lampung dengan menggunakan jasa DAMRI Jakarta-Lampung di sabtu pagi. Atau jika tidak dapat tiket, masih bisa estafet dengan bis jurusan […]
KAMSIAH………………………………FROM BOISE IDAHO USA
nice report gan…
Mercedes Benz OH 1526 with airsuspension…