Bulan ramadhan ini, lagi-lagi dapat kabar berita dan himbauan (tentu dengan adanya punishment bagi yang tidak menaati) untuk tidak mudik saat lebaran. Jadi ini kedua kali bagi saya berlebaran sendirian di kamar kos, sepertinya. Namun karena satu dan lain hal, akhir bulan April 2021 kemarin saya harus pulang kampung sejenak karena ada hal yang harus diselesaikan.
Kesempatan itu tentu saya manfaatkan sebaiknya. Selain mengurus kebun hidroponik yang lama tak terurus, sekalian saja membawa kucing ke vet, dan mengajak si kecil keluar rumah. Sejak pandemi, dia praktis keluar rumah hanya untuk berkunjung ke rumah kakeknya saja. Rutinitas belanja bulanan, main ke mall dan berwisata, tidak pernah lagi dilakukan.
Secara kebetulan, saya melihat postingan Instagram seorang teman tentang adanya agrowisata panen buah di kawasan Universitas Lampung (Unila). Setelah menanyakan beberapa informasi yang perlu untuk diketahui, akhirnya kami berangkat ke lokasi yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya berkisar 15 menit saja.
Kebun Agrowisata Universitas Lampung
Dari informasi yang saya dapatkan, Kebun Agrowisata Unila ini sudah ada sejak September 2020. Letaknya berada di area Kampus Universitas Lampung, Jalan Soemantri Brojonegoro, Bandar Lampung. Tepatnya, berada di depan Bank BNI jalur dua Unila. Mudah untuk ditemukan karena tepat di pinggir jalan raya.
Kebun Agrowisata ini dijaga oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Fakultas Pertanian Unila, mulai dari penjaga meja tiket, tour guide dan juga kasir. Enaknya, sistem kerja mereka tidak terlalu formal. Jadi sebagai pengunjung, bisa berbincang dan bertanya-tanya seperti dengan teman saja. Mungkin kalau kebetulan sebaya, bisa beneran jadi teman sekalian.
Untuk dapat memasuki kawasan kebun, kita diharuskan membayar tiket sebesar Rp10.000,- (sepuluh ribu rupiah) bagi orang dewasa. Sementara untuk anak-anak gratis. Sayang, saya tidak menanyakan kriteria anak-anak ini sampai dengan usia berapa.
Di meja pembelian tiket, Mahasiswi yang berjaga menjelaskan terkait SOP untuk berpanen ria. Secara umum, pengunjung dibebaskan untuk berkeliling, foto-foto dan melihat-lihat area perkebunan. Namun jika ingin memetik buah, maka dapat memanggil Mahasiswa atau Mahasiswi yang berjaga dan bertugas sebagai tour guide. Tenang, tour guide ini gratis. Setidaknya, saya tidak melihat price list jasa tour guide di situ.
Memasuki area perkebunan, kami disambut dengan tanaman labu air dan mentimun yang sudah sangat siap panen. Semakin ke dalam, area perkebunan semakin beragam. Mulai dari labu, berbagai jenis melon dan juga jagung tri-color. Sepertinya, melon menjadi fokus utama di agrowisata ini. Area kebun melon terlihat mendominasi dengan berbagai jenis dan variannya.
Kami juga sempat melihat tempat penyortiran buah melon siap jual. Ternyata jumlahnya sangat banyak dan terlihat menggiurkan, apalagi saat sedang berpuasa.
Panen Buah Melon Sendiri
Setelah cukup lama berkeliling dan kebetulan langit mulai mendung, kami memutuskan untuk memetik buah melon saja. Si kecil langsung berlari memanggil Om Mahasiswa agar dapat membantu kami memilih melon yang sudah siap panen dan sudah masak.
Sembari mencari buah melon yang siap panen, Om Mahasiswa itu juga menjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan. Seperti bagaimana tips mencari melon yang sudah masak, lalu jadwal buka kebun agrowisata, siapa yang mengelola dan sejenisnya. Untungnya, si Om Mahasiswa dengan senang hati mau menjelaskan dan memberikan tips menanam melon. Mungkin akan segera saya coba, dengan cara hidroponik tentu saja.
Untuk memetik buah yang akan dipanen, kita diizinkan untuk melakukannya sendiri. Tentu saja dengan gunting buah yang dipinjamkan dan arahan dari si Om Mahasiswa. Meski cuma satu atau dua buah saja, rasanya menyenangkan untuk dapat memetik buah langsung dari pohonnya.
Setelah selesai memetik melon, kami akhirnya segera ke kasir untuk menimbang membayar buah yang kami petik. Harga buah melon yang ada di Kebun Agrowisata Unila ini lebih murah dari yang ada di pasar. Kisarannya antara Rp10.000,- sampai Rp25.000,- per kilogram buah. Tergantung dari jenis melonnya.
Pesan dari Mahasiswi yang berjaga, melon yang sudah dipetik agar didiamkan 2-3 hari agar lebih masak, manis dan ranum. Ehm, sayangnya setelah 2 hari dan kami buka, ternyata melon masih kurang masak. Tapi dari rasa, memang sangat manis seperti yang diceritakan. Mungkin jika dijadikan 4-6 hari, kematangannya akan sempurna.
Oh ya, kawasan Kebun Agrowisata Universitas Lampung ini tidak selalu terbuka untuk umum. Jadi panen buah di sini hanya dapat dilakukan saat siklus panen melon. Setelah selesai panen, maka akan dilakukan tanam ulang dan menunggu masa panen berikutnya. Jika sudah masa panen, maka agrowisata akan dibuka kembali.
Semoga bisa ikut panen yang selanjutnya, dan memetik buah yang lebih ranum lagi!