Menutup short vacation saat lebaran kemarin, saya memutuskan untuk mengajak keluarga mencoba Moda Raya Terpadu Jakarta atau disingkat MRT Jakarta. Sejujurnya saya baru tahu kalau MRT di sini punya arti sendiri. Saya kira ikut ke-inggris-inggrisan dengan nama Mass Rapid Transit. Walau (sepertinya) punya arti yang sama, tapi buat saya nama Moda Raya Terpadu lebih asik didengar. Lebih lokal.
Waktu yang cukup singkat dan jadwal yang padat, plus saya tidak hapal semua area Stasiun MRT Jakarta, saya memutuskan untuk mengajak naik MRT dari dan ke dua stasiun besar saja. Bundaran HI – Blok M pulang pergi.
Untuk bisa memasuki stasiun MRT, saya terlebih dahulu harus mencari lokasi parkir mobil. Plaza Indonesia menjadi pilihan saat itu, supaya saat kembali kami bisa langsung mencari tempat makan atau jajan. Tidak perlu pindah-pindah. Selain itu, jalanan MH Thamrin yang cenderung sepi dan langit yang sedang cerah membuat Queen lumayan betah melihat gedung bertingkat di sekitar.
Stasiun MRT Jakarta menggunakan beberapa opsi pembayaran untuk bisa menggunakan fasilitas MRT. Sayangnya, saat itu kami hanya membawa 2 kartu E-Money. Saya sempat memutuskan untuk membeli tiket harian sampai kemudian saya melihat logo uang elektronik lain di pintu tap tiket. Saya lupa saat itu apakah OVO, LinkAja atau lainnya.
Agar tak mubazir dengan membeli tiket harian, saya menanyakan cara menggunakan uang elektronik sebagai tiket. Ternyata uang elektronik digunakan untuk membayar tiket yang kita beli lewat aplikasi MRT Jakarta. Aplikasi ini sendiri bisa diunduh di Google Playstore bagi pemakai Android.
Tidak pakai lama, saya langsung mengunduh dan install aplikasi MRT Jakarta. Setelah registrasi dan akan melakukan pembelian tiket, ternyata kita bisa membeli tiket secara group di aplikasi tersebut. Wah, lebih memudahkan lagi. Satu aplikasi untuk kami semua, walau kemudian harus 3x tap QR Code di gerbang. Keren MRT Jakarta!!
Saat akan memasuki MRT, saya sempat membisiki Queen bahwa di dalam MRT kita dilarang untuk ngobrol. Dan dia adalah tipe anak yang sangat mematuhi peraturan di tempat umum. Jadinya dia (teramat sangat) diam saat di dalam MRT. Jika ingin berkomunikasi, dia meminjam hape bundanya dan mengirimkan pesan WA ke saya yang duduk di sebelahnya.
Queen sendiri ternyata sangat menyukai naik MRT ini. Menurut dia tempatnya sangat keren, modern dan bersih. Tak cuma saat di dalam gerbong, saat harus berjalan di dalam Stasiun MRT Bundaran HI, dia malah sempat berjalan dengan lincah. “Kayak di luar negeri” katanya. Entah luar negeri mana, mungkin dari video YouTube atau film yang ditontonnya.
Hal lucu lainnya adalah, dia baru tahu MRT itu kereta saat sudah di dalam gerbong. Dia mengira kalau hanya akan naik bus atau sejenisnya. Saat kereta berjalan, dia tak henti terkagum-kagum. Apalagi saat MRT mulai naik keluar terowongan. Ah, sepertinya memilih naik MRT untuk mengisi liburan jadi pilihan yang tepat.
Sebenarnya, selain MRT saya terfikir untuk mengajak naik KRL Juanda-Manggarai atau sekalian ke Bogor. Biar lebih terasa ‘kereta’. Sayangnya waktu tidak cukup, kami harus berkemas dan bersiap kembali ke Bandar Lampung. Mungkin lain kali.
aku belum pernah naik MRT 😅
semoga suatu saat bisa mencoba!
di sana transportnya bukannya lebih maju om Zam?
di sini ternyata sempat lihat postingan beberapa selebirtas, liburannya naik MRT juga
😀