Meski berwisata bukanlah tujuan utama, tapi rasanya sayang kalau sudah menginjakkan kaki di Raja Ampat namun tidak menikmati keindahannya. Setelah tugas selesai, menyambung akhir pekan saya memutuskan untuk ikut menikmati sedikit keindahan Raja Ampat.
Karena waktu tidak banyak dan mengejar kapal untuk kembali ke Kota Sorong, maka kami memilih lokasi yang dekat-dekat saja. Dari Kota Waisai Raja Ampat, kami bergerak di pagi hari dengan tujuan ke Kali Biru.
Kali Biru terletak di Warsambin, Distrik Teluk Mayalibit. Sekitar 1 jam kalau dari Waisai dengan membawa mobil. Kalau sudah hapal rute, 40 menit juga sampai. Namun dengan jalan yang kecil, naik turun pegunungan, perlu ekstra hati-hati dalam mengemudi.

Berangkat sekitar pukul 7, kami sudah menginjakkan kaki di Desa Warsambin sekitar pukul 8 kurang. Desa ini memiliki wilayah muara (atau selat) yang sangat indah. Persis seperti lukisan atau bayangan tentang desa yang tenang, ada bukit-gunung dan wilayah perairan. Keren sekali!!!
Setelah bertemu dengan pengelola setempat, kami akhirnya mendapatkan kapal dan petugas yang akan menemani kami sampai ke Kali Biru. Teman saya mengajari untuk memanggil petugas tersebut dengan panggilan ‘Kakak Laki-Laki’. Jadi kalau singkatnya, panggil Kakak saja.
Dari dermaga di Desa Warsambin, kami naik kapal kecil menyebrangi ke pulau yang (sepertinya) tak berpenghuni. Setelah sampai, perjalanan dilanjutkan dengan treking ringan melewati pinggiran sungai.
Tips kalau ke Kali Biru, bawa alas kaki yang bisa dipakai berkotor-kotor dan berbasah-basah. Misalnya sendal jepit. Jalur yang dilalui sebagian besar adalah batu kali berukuran kecil. Kalau sebentar sih anggap saja akupuntur. Tapi karena jalannya lumayan jauh, lama-kelamaan terasa juga di kaki.

Setelah menyusuri sungai dan menembus hutan, kami tiba di Kali Biru. Lokasinya bersih, masih sangat alami di tengah area hutan lebat. Terdapat gubuk kecil untuk istirahat juga.
Kali Biru sendiri adalah kali (sungai) dengan air yang sangat jernih dan berwarna kebiruan. Jika cahaya siang sedang bersinar terik, air sungai akan terlihat semakin jernih dan semakin biru. Itulah alasan dia kemudian dinamakan Kali Biru.
Sebenarnya saya sudah pernah melihat sungai dengan air berwarna biru. Namanya Sungai/Kali Sembra di wilayah Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan. Tapi Sungai Sembra ini sudah dikelola sedemikian rupa sehingga sudah menjadi ‘tempat wisata’ yang kurang alami. Lagipula letaknya tepat di tepi jalan utama.
Kembali ke Kali Biru, setelah treking yang lumayan melelahkan dan ditambah dengan sarapan, kami semua memutuskan untuk sarapan dengan nasi kuning yang sudah kami bawa. Selesai sarapan, kami mulai ‘intip-intip’ lokasi berenang dan lompat-lompat.

Tak perlu waktu lama, kami semua akhirnya sudah berada di dalam Kali Biru dan tertawa-tawa. Air yang dingin, udara yang sejuk dan ditemani nyanyian hutan benar-benar membuat betah. Sesekali kami naik untuk melompat terjun dari tempat yang sudah disediakan. Seru sekali!!!
Sebenarnya pengelola pernah menyediakan tali tarzan untuk pengunjung berayun. Namun rupanya tali ini sudah cukup banyak memakan korban. Beberapa pengunjung yang berayun ternyata takut melepaskan pegangan setelah tiba di atas air. Akhirnya mereka berayun kembali ke daratan dan terjatuh di tanah.
Kali Biru sendiri memiliki wilayah yang cukup dalam, mungkin sekitar 3 meter. Di area ini pengunjung bisa berlompat dan terjun dengan cukup aman. Sementara untuk yang tidak bisa berenang, disarankan untuk main di wilayah agak belakang yang lebih dangkal. Mungkin sekitar 1,5 meter.

Perlu diperhatikan juga, Kali Biru punya arus yang lumayan deras. Untuk yang mau melompat atau bermain di bagian yang dalam, pastikan kamu punya kemampuan untuk berenang. Setidaknya bisa mengapung dan tidak panik dalam air.
Setelah kurang lebih 1 jam berenang-renang dan bersenang-senang, kami mulai bersiap-siap untuk pulang. Jalur pulang kembali menyusuri sungai dengan terapi akupuntur dengan jarak yang lumayan.
Setiba di dermaga, kami langsung menyelesaikan urusan administrasi. Untuk biaya yang dikeluarkan, sewa kapal 500 ribu rupiah belum termasuk biaya per kepala 50 ribu rupiah.
Sebenarnya kami merasa agak kemahalan juga, apalagi untuk sewa kapal yang sebentar dan tidak terlalu jauh pula. Tapi ya sudahlah, kapan lagi kan bisa mandi dan berenang-renang di Kali Biru??