Belajar Investasi Dengan Portofolio Reksadana

Kondisi pandemi COVID19 sepertinya membawa sedikit hal positif. Lebih sering diam di rumah dan melihat informasi bertebaran di internet membuat banyak orang mulai melek investasi, mulai dari saham, reksadana, obligasi atau bahkan cryptocurrency.

Sayangnya, entah kenapa banyak warganet salty yang kemudian menyebut para ‘investor’ baru ini sebagai investor angkatan corona. Alih-alih berbagi ilmu untuk mengarahkan mereka yang baru belajar investasi agar tidak salah jalan, tidak sedikit ‘senior’ yang menjerumuskan bahkan menjadikan investor-investor baru sebagai korban pom-pom.

Ah, kok jadi ngelantur kemana-mana ya.

Saya sendiri mulai mengenal manajemen uang dan investasi sekitar tahun 2018 awal. Belum terlalu lama. Dan sesuai dengan sifat saya yang ceroboh, learning by doing (and making mistakes), saya langsung terjun ke dunia saham. Belajar dari cut loss dan minus yang berkelanjutnya, barulah saya mulai belajar mengatur porsi investasi. Salah satunya yang saat ini lebih saya utamakan adalah investasi di reksadana.

Apa itu Reksadana dan Cara Beli

Reksadana Itu Apa Sih?

Reksadana adalah salah satu instrumen atau alat investasi dimana sekumpulan dana dikelola oleh Manajer Investasi (MI) untuk ditempatkan pada portofolio efek, dengan tujuan mendapatkan return sesuai dengan jenis reksadana tersebut. Instrumen reksadana sangat cocok untuk saya yang memiliki modal dan pengetahuan terbatas, namun ingin melakukan investasi tanpa harus memantau pergerakan instrumen atau isu ekonomi setiap waktu.

Sederhananya begini, saya memiliki sejumlah modal dan ingin melakukan investasi di pasar saham. Namun karena saya tidak paham bagaimana pasar saham bekerja, dan saya terlalu malas untuk belajar fundamental dan teknikal, maka saya menyerahkan modal saya tersebut kepada Manajer Investasi dengan cara membeli instrumen Reksadana Saham yang disediakan. Selanjutnya, saya tinggal memantau kinerja si Manajer Investasi tersebut.

Reksadana sendiri memiliki beberapa jenis yang dikategorikan berdasarkan penempatan dana ke instrumen investasinya. Diantaranya adalah Reksadana Pasar Uang, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Campuran dan Reksadana Saham.

Gimana, makin jelas atau malah makin ribet?
Kalau mau lebih jelas dan mendetail, mungkin bisa cek juga blog mas DaniRachmat ya. Kalau saya yang jelasin, khawatir malah makin nyasar.

Mengapa Memilih Investasi di Reksadana?

Ada beberapa alasan mengapa saya memilih instrumen reksadana sebagai media investasi.

  1. Membangun Dana Darurat
    Alasan pertama saya awalnya adalah membangun dana darurat yang selama ini ternyata tidak pernah saya perhatikan. Dari berbagai sumber bacaan yang ada, penempatan dana darurat di reksadana, tepatnya di Reksadana Pasar Uang, akan lebih baik dibandingkan di instrumen lainnya. Selain karena resiko yang lebih rendah, return yang diperoleh umumnya masih lebih baik dibandingkan tabungan atau bahkan deposito di rekening bank.
  2. Bisa Dibeli Dengan Modal Kecil
    Berbeda dengan saham yang lebih dahulu saya kenal, reksadana bisa dibeli dengan modal yang relatif kecil. Jujur saja saya kurang tahu berapa nominal terkecil untuk membeli satu produk reksadana, tapi secara rutin saya menyisihkan Rp100.000,- sampai Rp500.000,- setiap bulan untuk masing-masing portofolio reksadana yang saya punya. Kalau saham, ya tentu tergantung harga sahamnya sendiri. Misalkan kamu mau membeli saham Bank BCA (BBCA), maka modal minimal yang harus kamu miliki sekitar 3 juta rupiah untuk 1 lot (100 lembar)!
  3. Investasi Dengan Penyesuaian Profil Resiko
    Aturan yang perlu diketahui saat akan melakukan investasi, apapun itu, adalah mengetahui profil resiko diri sendiri. Setelah mengetahui profil resiko, barulah saya memilih produk atau jenis reksadana yang akan saya beli. Misalkan untuk dana darurat saya tipe yang cari aman, saya memilih Reksadana Pasar Uang. Sementara untuk tabungan upgrade gadget, saya menjadi tipe moderat dan lebih besar di Reksadana Pendapatan Tetap atau Obligasi.
  4. Reksadana Dikelola Oleh Profesional
    Alasan terakhir memilih reksadana sebagai instrumen investasi adalah karena Manajer Investasi merupakan tim profesional yang benar-benar mengerti apa yang mereka lakukan. Analisis investasi, pengelolaan dan penempatan dilakukan oleh mereka yang memang memiliki kemampuan dan kapasitas di bidangnya.

Dimana Bisa Membeli Reksadana?

Produk reksadana dapat dibeli di banyak perusahaan sekuritas. Kamu bebas memilih mana yang menurutmu terbaik, mudah digunakan, mudah diakses, tidak ribet dan lain-lain alasan yang paling sesuai untuk kamu.

Saya sendiri menggunakan dua sekuritas untuk membeli reksadana. Yang pertama adalah IPOT (IndoPremier), dan yang kedua adalah BIBIT (PT Bibit Tumbuh Bersama). Kedua sekuritas tersebut saya pilih dengan alasan yang berbeda.

IPOT. Saya menggunakan Ipot karena sebelumnya saya melakukan memilih sekuritas untuk investasi saham. Setelah beberapa waktu menggunakan fasilitas untuk jual beli saham, barulah saya tahu kalau IPOT juga menyediakan fasilitas untuk berinvestasi di reksadana. IPOT saya pilih untuk membangun portofolio reksadana yang saya gunakan sebagai dana darurat dan juga tabungan jangka panjang, entah nanti untuk dana pensiun atau sekolah anak.

BIBIT. Awalnya saya instal dan mendaftar aplikasi BIBIT secara tidak sengaja. Tidak ada niatan untuk menabung atau membangun portofolio di BIBIT. Namun setelah sedikit melihat fiturnya dan kulik sana-sini, akhirnya saya membangun satu portofolio di BIBIT sebagai tabungan untuk kebutuhan yang tidak terprediksi dan harapannya tidak dalam waktu dekat akan digunakan. Misalnya, untuk beli laptop baru di tahun depan.

Portofolio Investasi Reksadana di BIBIT

Hal yang membuat saya akhirnya iseng dan lanjut ketagihan membangun portofolio investasi reksadana di BIBIT adalah adanya Robo Advisor Investasi Reksadana. BIBIT menyediakan fitur bagi pengguna untuk membangun beberapa portofolio yang disesuaikan dengan profil resiko di masing-masing portofolio tersebut.

Misalkan saja untuk Portofolio Dana Pensiun, saya memilih profil resiko 5/10. Berdasarkan profil tersebut, maka Robo Advisor akan mengalokasikan setiap investasi yang saya lakukan di Portofolio Dana Pensiun dengan porsi 10% ke Reksadana Pasar Uang, 65% ke Reksadana Obligasi/Pendapatan Tetap dan 25% ke Reksadana Saham. Selanjutnya, Robo Advisor di BIBIT ini akan terus menjaga porsi investasi yang saya lakukan agar tetap proporsional.

Oh iya, itu adalah penempatan porsi berdasarkan jenis saja. Untuk produk reksadana sendiri, kita bebas memilih mau membeli produk reksadana yang mana. BIBIT sendiri akan memilihkan otomatis produk yang mereka rekomendasikan untuk portofoliomu. Tapi tenang saja, produk ini bebas diganti kok.

Cara Instal Aplikasi dan Daftar BIBIT.ID

Sebelum kamu mengunduh dan menginstal aplikasi BIBIT, pastikan kalau kamu tidak salah memilih. Beberapa waktu lalu, OJK merilis beberapa aplikasi investasi bodong atau tidak resmi. Dari sekian banyak aplikasi bodong, beberapa di antaranya menggunakan nama Bibit. Tentu saja itu ‘mendompleng’, karena BIBIT yang resmi sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK kok!

Kamu bisa mengunduh dan instal aplikasi BIBIT dari Playstore atau AppStore yang berada di bawah naungan PT BIBIT Tumbuh Bersama. Selain itu, kamu bisa juga lakukan dengan cara mengunjungi situs resmi BIBIT.ID.

Setelah instalasi selesai, lakukan pendaftaran akun dengan data-data yang valid dan sesuai. Ingat, ini akan memudahkan kamu dalam melakukan transaksi keuangan, baik pembelian atau penjualan reksadana. Jadi, gunakan data yang valid ya, jangan asal masukkan saja.

Anyway, kalau kamu berkenan, boleh kok pakai kode ireksa untuk mendapatkan bonus Rp25.000,- yang bisa langsung dipakai saat melakukan pembelian produk reksadana pertama kamu di BIBIT. Tenang, itu resmi kok!

Saat pendaftaran, BIBIT akan melakukan proses KYC (know your customer) dengan unggah KTP dan juga foto diri memegang KTP. Syarat ini resmi kok, jadi jangan khawatir. Dan sedikit tips, selalu hapus foto KTP dan foto diri memegang KTP dari handphone kamu setelah selesai digunakan. Jangan pernah berikan kedua foto tersebut kepada siapapun!

Setelah pendaftaran dan verifikasi dari BIBIT selesai, kamu bisa langsung membangun portofolio reksadana dan membeli produk reksadana pertama kamu. Untuk pembayaran sendiri, BIBIT menyediakan berbagai fasilitas. Bisa internet banking, Gopay, OVO, transfer manual dan lainnya. Untuk pembayaran pakai Gopay, rasanya sering ada promo cashback juga. Sayangnya, saya tidak pernah dapat!

Nah, jadi sudah siap belum untuk bikin portofolio investasi reksadana pertama kamu?

p.s. tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan bukan rekomendasi untuk menggunakan dan atau membeli produk investasi tertentu.

2 COMMENTS

  1. aku pake Bibit juga mas ihsan dan pilih reksadana di bibit
    terus udah lama punya akun IPOT tapi pas baca grafik mah pusing sendiri hahaha, aku belum utak atik lagi nih di IPOT, kayaknya susah. susah karena belum aku coba juga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here