Sejujurnya saya bukanlah fans fanatik olahraga sepak bola. Bisa dibilang hanya terbatas menyukai aksi-aksi memukau dari highlight pertandingan, dan cek skor pertandingan lewat situs semacam asianbookie livescore begitu. Sedangkan untuk menonton pertandingan dari peluit awal sampai peluit akhir buat saya hanya untuk kebutuhan sosial saja. Jadi kalau ada acara kumpul-kumpul nonton bareng sepak bola, seperti saat piala dunia 2022 kemarin, nah baru saya ikutan.
Meski terbilang ‘cetek’ pengetahuan soal sepak bola, saya sedikit-sedikit masih mengikuti perkembangan sepak bola di Indonesia walau cuma dari sebatas berita. Saya ingat pemain Indonesia yang saya tahu di awal-awal tahu soal sepak bola adalah Kurniawan Dwi Yulianto, itu pun karena kebetulan namanya mirip. Lalu disambung dengan Kurnia Sandi, dan diikuti nama-nama besar dari berbagai era. Terakhir sepertinya saya mengikuti di jaman Irfan Bachdim, itu pun lagi-lagi karena nobar AFF 2010 bareng teman-teman dan kebetulan kekasihnya saat itu cantik sekali. Irrelevant, tapi ya begitulah.
Selepas itu, saya tidak lagi mengikuti tentang sepak bola Indonesia. Bukan tidak mau mendukung, tapi kok sepertinya terlalu banyak drama dan politik yang jauh di ranah dunia olah raga. Belum lagi berita-berita keributan para suporter fanatik yang berlebihan hingga memakan korban jiwa. Olah raga bukannya buat sehat dan meningkatkan kebersamaan, malah membuat keributan dan perpecahan.
Masuknya pelatih Shin Tae-Yong (STY) ke dunia sepak bola Indonesia sepertinya membuat saya kembali melirik sepak bola Indonesia, khususnya untuk Timnas U-23. Jujur saja, dengan pengetahuan saya yang minim, awalnya saya bercanda dengan teman bahwa Tim Garuda Muda ini akan diajari K-Pop. Ternyata saya benar, seperti budaya K-Pop maka Timnas U-23 perlahan tapi pasti (sepertinya) mulai menunjukkan taringnya.
Meski secara capaian (kalau tidak salah) belum ada piala yang dibawa pulang, tapi tim asuhan STY ini beberapa kali memberikan kejutan. Bahkan Tim Garuda Muda ini pernah mengalahkan Thailand yang disebut-sebut lawan terberat di wilayah Asia Tenggara ini. Terakhir, Timnas U-23 berhasil menang besar 9-0 lawan Taiwan. Tidak cuma masyarakat Indonesia, kemenangan besar ini juga ternyata mengejutkan penikmat sepakbola di negara lain juga.
Dengan prestasi-prestasi tersebut, dan tentu saja mengesampingkan segala tetek-bengek drama-tragedi-politik yang ada, mungkin benar kalau dibilang sepak bola Indonesia sudah mulai membaik. Entah metode pelatihan, atau strategi yang tepat, yang pasti mereka sudah berada di jalur yang tepat. Selanjutnya, tinggal bagaimana menjaga fokus para pemain-pemain muda ini.
Semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin yang menerjang. Melihat ke para pendahulunya, saat Timnas mulai naik daun seperti ini maka akan mulai datang gangguan-gangguan yang merusak fokus pemain. Mulai dari undangan tampil di talkshow dunia hiburan, iklan komersil camilan tidak bergizi, dan tentu saja jadi bahan promosi tokoh politik.
Terlepas dari itu semua, saya jelas mendukung penuh perjuangan tim sepak bola Indonesia. Baik yang senior maupun tim generasi muda. Cuma kalau soal nonton, nanti dulu deh nunggu ajakan teman-teman. Selain memang tidak punya televisi di kamar kos, nonton sendiri rasanya membosankan. Paling nanti saya menonton highlight pertandingan, atau lihat update skor pertandingan di peluitpanjang.com.