Tugas lapangan membawa saya kembali ke Yogyakarta. Agenda yang cukup mendadak membuat perencanaan agak kurang matang dengan prinsip “yaudah jalan dulu aja, gampang lah yang lain gimana entar”. Tidak pakai banyak babibu, maka pada hari minggu pagi kami langsung berangkat ke Yogyakarta dengan menggunakan mobil.
Musim liburan sepertinya membuat hotel-hotel di Yogyakarta menjadi penuh. Terbukti kami kesulitan mendapatkan hotel. Setelah mencari referensi di beberapa aplikasi, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan booking hotel Greenhost Boutique Prawirotaman.

Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman terletak di Jalan Gerilya Nomor 629, Brontokusuman, Yogyakarta. Agak lucu juga ketika nama hotelnya memuat ‘Prawirotaman’, tapi lokasinya ternyata selisih 1 jalan dengan Jalan Prawirotaman. Untungnya di Google Maps ataupun Waze, titik lokasi dan penanda arah sudah sangat jelas.
Yang sedikit membingungkan mungkin dari segi bentuk bangunan ataupun area hotel. Saya sempat terlewat sekitar 20 hingga 30 meter karena tidak menemukan bangunan hotel saat Waze menyebutkan sudah tiba di lokasi. Ternyata memang konsep hotelnya memiliki desain sedemikian rupa sehingga tidak menyerupai bangunan hotel pada umumnya.
Untuk area parkir memang tidak terlalu luas. Tamu dipersilahkan untuk parkir di tempat yang kosong saja di area hotel. Selanjutnya, nanti petugas valet hotel akan meminta kunci dan memberikan tiket parkir. Jadi apabila kamu menghalangi jalan keluar mobil lain, tenang saja. Tidurmu tidak akan terganggu karena sibuk memindahkan mobil kok. Dan valet ini juga disediakan hotel sebagai fasilitas GRATIS!

Dari luar hotel, sudah terlihat alasan mengapa hotel ini memiliki nama Greenhost. Hampir setiap sudut dari bangunan dan area Greenhost Boutique Hotel ini dihiasi, atau bahkan dipenuhi oleh tanaman hijau yang menyegarkan mata. Ornamen-ornamen bangunan juga seperti campuran tema industrial dengan unsur semen dan kayu di tiap sudutnya.
Bangunan hotel terdiri dari 4 lantai. Untuk Ground Floor merupakan lobby yang juga terdapat area restorasi, kolam renang, working space, gym dan spa. Mungkin ini adalah area yang paling hijau. Kolam renangnya dikelilingin tanaman hijau, sehingga memberikan nuansa renang di alam bebas yang menyegarkan. Sangat disayangkan saya tidak sempat berenang karena lupa membawa celana pendek untuk olahraga.
Selesai check in, saya langsung naik ke lantai 3. Di area pagar selasar hotel dipenuhi tanaman mint yang dipelihara dengan metode hidroponik. Sepanjang mata memandang, juga saat melihat kebawah, nuansa alami dan sejuk cukup terasa kental.
Lantai 4 sendiri hanya terdapat 1 ruang rapat dan area creative farming. Di area ini, tamu dapat melihat-lihat kebun hidroponik yang dikelola oleh hotel. Saat saya berkunjung, kebun dipenuhi dengan tanaman mint, sawi, pak choy dan sawi pagoda. Saya tidak tahu apakah tanaman-tanaman ini boleh dipetik oleh tamu atau tidak.

Masuk ke kamar hotel langsung membuat mata seperti terhibur dengan tampilan desain interior yang menarik. Kombinasi motif tembok bata yang berwarna putih serta langit-langit dengan panel kayu membuat nuansa kamar terlihat minimalis namun stylish.
Area kamar mandi dibatasi dengan kaca buram dan sliding door yang juga terlihat antique. Fasilitas toiletries lumayan oke, toh saya selalu membawa perlengkapan sendiri. Untungnya, pasta gigi yang disediakan adalah pepsodent berukuran mini. Jadi saya tidak perlu sikat gigi dengan pasta gigi yang rasanya agak aneh.
Nilai plus buat saya untuk kamar mandi ini adalah penempatan karpet kamar mandi berbahan karet yang membuat kaki lebih merasa aman tidak perlu khawatir terpeleset saat mandi. Selain itu, saya juga sangat menyukai hotel dengan fasilitas air panas yang stabil. Jadi tidak ada kejadian menjerit tiba-tiba saat mandi karena air yang keluar dari shower mendadak panas banget atau jadi dingin banget.

Fasilitas tamu untuk di dalam kamar sepertinya sudah sangat memenuhi kebutuhan. TV LED berukuran besar dengan siaran berbayar, konektifitas internet dan kulkas kecil. Kekurangannya mungkin dari channel televisi yang kurang lengkap dan pencahayaan kamar yang kurang cocok buat selera saya. Penggunaan lampu LED model spotlight membuat cahaya kurang menyebar dan gelap di sebagian area. Untuk leyeh-leyeh sih enak banget tinggal dimatikan saja. Tapi saat bekerja, jadi bingung cari tambahan cahaya.
Hotel Greenhost Boutique Prawirotaman memiliki restoran di lantai dasar bersebrangan dengan area lobby resepsionis. Desain dan tata ruang restorannya yang dekat dengan area tanaman membuat suasana saat makan menjadi lebih asik. Namun sayang untuk menu sarapan sepertinya bersifat minimalis.
Saya sempat 2 kali sarapan dengan menu utama nasi putih, nasi goreng, satu jenis sayur dan satu jenis lauk. Selain itu tersedia juga bubur, buah, salad dan kue-kue. Tersedia pula satu stall untuk kopi yang memuat coffee machine, biji kopi dan beberapa alat untuk brewing. Sayangnya pihak hotel menyebutkan tidak ada petugas atau barista yang menggunakan alat-alat tersebut. Sepertinya itu untuk menu reguler, bukan paket sarapan, karena restorannya memang terbuka untuk umum juga.
Selama 3 malam menginap di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman, saya mendapatkan pengalaman yang sangat memuaskan. Suasana yang nyaman, dekat dengan berbagai tempat makan ditambah dengan nuansa hijau yang menyejukkan dan membuat mata terasa adem membuat saya cukup betah. Apalagi keramahan staff hotel yang sangat luar biasa!
Kalau kamu berkunjung ke Yogyakarta dan bosan dengan hotel konvensional di pusat kota, bisa coba bergeser sedikit ke area selatan di Greenhost Hotel ini. Dan kabarnya, geng Cinta dari AADC juga pernah memilih Greenhost Boutique Hotel ini sebagai tempat syuting filmnya loh. Gak kepengen berpose ala Cinta di sini?