Rangkaian Festival Krakatau 2014 akhirnya selesai digelar. Beragam kegiatan budaya dan pariwisata yang mengiringi acara tahunan Propinsi Lampung itu ditutup dengan event Lampung Tapis Carnival IV yang diselenggarakan di pusat kota Bandar Lampung kemarin, Minggu 31 Agustus 2014.
Dari informasi yang saya dapat, parade budaya yang memasuki tahun ke-empat ini akan dimulai pada pukul 2 siang hari. Rute yang dilalui juga sudah diumumkan ke masyarakat, yaitu start dari Mahan Agung – bundaran pengantin depan Masjid Al-Furqon – Bunderan Gajah – finish di Pasar Seni Enggal. Sayangnya banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal ini. Akhirnya, sepanjang jalan protokol RA Kartini, di depan Mal Kartini, Central Plaza dipadati masyarakat yang menunggu rombongan pawai.
Saya sendiri berangkat agak terlambat dari jadwal yang diumumkan. Awalnya saya ingin menunggu rombongan di bundaran Pengantin saja, supaya saya menyaksikan rombongan yang masih segar dan semangat mengikuti parade. Karena saya pikir sudah telat, pukul 3 sore saya akhirnya menunggu di Bundaran Gajah. Ternyata disini sudah ramai masyarakat yang menunggu parade dimulai.
Pukul 4 sore, belum ada tanda kehadiran rombongan parade. Rombongan pertama baru muncul sekitar pukul setengah 5 sore. Entah apa yang terjadi di Mahan Agung, apakah jalanan yang macet, pelepasan yang terlambat, atau memang ada hal lainnya. Sayangnya, keterlambatan ini masih ditambah dengan jarak antar rombongan yang terlalu jauh. Setelah rombongan luar Propinsi (Yogyakarta, Papua dll), rombongan Lampung baru tiba sekitar 20 atau 30 menit kemudian. Akibatnya banyak penonton yang memilih untuk pulang.
Parade yang memang digelar melalui jalan protokol ini mau tidak mau tentu mengganggu lalu lintas yang ada. Umumnya, lalu lintas dialihkan untuk melancarkan event yang cukup besar seperti Lampung Tapis Carnival ini. Tapi nyatanya, pihak kepolisian memberlakukan sistem buka tutup jalur. Jadi bergantian antara peserta rombongan pawai berjalan, dengan kendaraan yang lalu lintas. Akibatnya beberapa penonton dan peserta karnaval nyaris ‘dicium’ kendaraan yang lalu lalang!
“Woy minggir, stop dulu itu! Ada Wamen mau lewat!”
Anehnya, meski pihak panitia dan kepolisian kesulitan untuk menertibkan jalan dan penonton yang merangsek ke jalur parade, mereka dapat mensterilkan jalan saat ada rombongan Wakil Menteri mau lewat. Rombongan pawai distop secara mendadak, penonton didorong kepinggir, untuk memberi jalan rombongan Pejabat tersebut. Kenapa saat rombongan parade mau lewat, mereka tidak bisa diberi jalan seperti itu juga?
“Sudah-sudah, Cepat, Mau Maghrib!”
Itulah instruksi dari beberapa panitia pengawal masing – masing rombongan. Mereka jalan terburu – buru untuk sampai di titik akhir parade. Beberapa peserta tampak sudah lelah dan malas untuk sekedar senyum atau berfoto dengan penonton. Memang waktu itu matahari sudah hampir hilang, adzan maghrib juga sudah siap untuk dikumandangkan. Tapi antusias penonton masih terlihat memeriahkan parade.
“Hahahaa, dasar ba**i. Udah lo panjat pinang aja sana. Hahahaa”
Masyarakat hanya mencari hiburan dan kesenangan, saya tahu. Saya juga demikian. Tapi harusnya kesenangan itu bisa kita dapatkan tanpa merendahkan orang lain. Sejujurnya, para (maaf) waria itu sudah memberikan kontribusi nyata dengan menjadi peserta parade untuk membantu pariwisata Lampung. Lalu, apakah kita pantas ‘menertawakan’ mereka, sementara kita tidak melakukan apa – apa?
Saya mengakui, saya memang tertawa melihat tingkah polah mereka. Ya, mereka memang sengaja bergaya membuat kita tertawa karena terhibur. Tapi saya yakin, mereka ingin kita tertawa senang, bukan ‘menertawakan’ untuk merendahkan mereka.
Menjelang maghrib, rombongan terakhir yang ternyata adalah rombongan anak SMP sampai juga di garis finish. Agak kaget juga melihat rombongan anak – anak ditaroh di paling belakang, dan tanpa pengawalan. Untungnya, mereka masih bisa tersenyum dan meladeni beberapa orang yang ingin berfoto bersama mereka.
“Aduh, PR besok gimana nih”
Saya mendengar celetukan tersebut dari salah satu peserta parade. Saya cuma bisa tersenyum, dan meminta untuk mengambil gambar gadis remaja tersebut. Iya, kita tidak pernah tahu apa yang sudah mereka korbankan untuk menghibur kita semua. Lelah berlatih, berdandan dan sejenak meninggalkan kewajiban. Daripada kita mengkritik terlalu banyak, rasanya lebih baik kalau kita bertepuk tangan atas kerja keras semua pihak yang menyelenggarakan rangkaian Festival Krakatau dan Tapis Carnival ini.
Ini adalah kali pertama saya menonton Lampung Tapis Carnival secara langsung. Sejujurnya, meski ada beberapa kekecewaan, tapi saya dan keluarga sangat puas dengan apa yang para peserta dan panitia sajikan. Kami, serta masyarakat lainnya sangat terhibur dapat menikmati event tahunan ini secara langsung. Tidak menjadi eksklusif bagi beberapa pihak saja.
Tapi diluar itu, saya cuma dapat berharap supaya kedepannya event ini dapat diselenggarakan dengan lebih baik lagi. Sehingga nyaman untuk peserta, juga nyaman untuk penontonnya. Lampung pasti bisa!
p.s. foto hanya seadanya karena saya menggunakan ponsel, dan tidak membawa kamera. Beberapa video akan segera saya upload nanti kalau sudah ada waktu senggang. Semoga dapat dinikmati.
Keren benget.. coba di jogja ada
Wah manteep broooh…
kapan ya bisa ke lampung 😀
ya memang dalam suatu penyelengaraan event pasti ada kekurangannya tapi kalau kelebihannya bsai ditonjolkan maka kekurangannya tidak akan terlihat. tapi kalau lihat fotonya kayaknya sik juga