Makanan khas dari daerah tertentu memang selalu memiliki cita rasa kedaerahan dar rasa yang bikin kangen. Meski saya bukan berasal dari daerah Padang, Sumatera Barat, tapi mungkin saya bisa dibilang sebagai salah satu penggemar makanan khas dari daerah tersebut. Salah satunya adalah sate padang.
Pertama kali saya mencicipi makanan sate padang ini mungkin terbilang cukup baru juga. Sekitar tahun 2011 saat itu. Dan sate padang pertama yang saya cicipi ada di depan pusat perbelanjaan Bambu Kuning, Bandar Lampung. Sayangnya tak lama kemudian, warung sate padang tersebut pindah lokasi dan berganti penjual. Selanjutnya, mulailah rasa yang berubah menjadi tidak sesuai selera lagi.
Dari situ, saya mulai jarang menemukan sate padang yang cocok di lidah. Sampai akhirnya beberapa bulan lalu seorang teman di Facebook memberikan rekomendasi warung Sate Padang Sidi ini. Letaknya kalau dari Google Maps ada di Jalan Hayam Wuruk, Bandar Lampung. INi sedikit petunjuk sederhana dari saya yang memang kurang hapal nama jalan seperti ini. Dari Chandra Superstore Tanjung Karang kamu bisa menuju ke arah Pasar Tugu. Sekitar 100m sebelum Pasar Tugu, Sate Padang Sidi ini akan ada di sebelah kanan kamu.
Waktu bukanya sepertinya setiap hari mulai pukul 5 sore sampai dengan sekitar pukul 9 malam. Tapi ini tidak tentu juga. Kalau si pemilik lagi terima pesanan borongan, maka beliau tidak akan membuka warungnya. Selain itu, jam buka juga tergantun stok sate atau ketupat yang dipunya. Saya pernah juga mau makan ke sini sekitar pukul 8 malam dan sudah kehabisan.
Untuk satu porsi sate padang, biasanya akan dihidangkan berupa satu piring berisi 10 tusuk sate lengkap dengan ketupat atau lontong. Tapi kamu juga bisa pesan satenya saja tanpa lontong. Yang bikin saya ketagihan makan disini adalah irisan daging sate yang cukup tebal dan empuk saat digigit. Oh iya, saya enggak terlalu paham soal jenis-jenis daging. Tapi kata Istri saya, daging yang digunakan adalah kombinasi daging dan lidah sapi (atau malah lidah sapi semua ya?).
Selain itu, bumbunya yang kental kekuningan memiliki rasa yang gurih, sedikit pedas tapi enggak bikin eneg atau malah kepedesan. Kadang saya malah sudah kehabisan bumbu sebelum lontong dan sate saya habis. Untungnya, mas pelayannya sangat ramah dan dengan senang hati menambah bumbu sate saya yang kehabisan. Saya kurang tahu soal kebenarannya, tapi kata teman saya, bumbu sate padang itu kalau ‘sisa kemarin’ justru makin gurih dan nikmat karena akan semakin kental!
Harga satu porsi Sate Padang Sidi ini kalau saya tidak salah sekitar 20 ribuan. Sementara untuk minumnya, disediakan air mineral gelas gratis untuk yang makan ditempat. Selain itu, ada kulkas minuman yang berisi air mineral botol dan juga teh botol atau teh kotak. Setiap saya makan disini, pasti juga dikombinasikan dengan kerupuk kulit yang kriuk dan gurih. Enggak cukup satu bungkus untuk kerupuknya. Kalau mau lebih nikmat, ambil dua bungkus kerupuk kulit dan berikan ke mas pelayannya sambil bilang, minta ditaruh di piring dan dibumbuin saja. Wiihh, makan Sate Padang Sidi makin nikmat saja jadinya!!!