Film : Love, Rosie (2014), Cerita Klise Namun Cukup Untuk Berkaca

Review Cerita Film – Mungkin bukan sebuah hal yang baru bagi saya, kita, atau kamu sendiri kalau di sekitar kita ada dua orang cewek dan cowok mengaku sahabat dekat, maka sudah bisa dipastikan kalau salah satunya pasti ada yang suka. Baik itu dalam drama teman dari kecil, teman sebangku, atau yang lagi populer sekarang ini kakak-adek ketemu gede. Dan kisah klise ini yang kemudian diangkat dalam cerita film Love, Rosie.

Film Love, Rosie ini merupakan film arahan Christian Ditter. Jujur saja, dari daftar film dimana Ditter terlibat, ini adalah satu-satunya film Ditter yang baru saya tonton. Dengan genre drama komedi romantis, ditambah rating yang cukup tinggi dari IMDB, saya cukup berharap banyak mendapat hiburan dari film yang diperankan oleh Lily Collins dan Sam Claflin.

Di awal film, di mana konflik dimulai, cerita film ini jujur saja cukup cepat menimbulkan kejutan-kejutan yang cukup tidak tertebak. Meski dari awal mungkin seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, kita akan secara otomatis menebak, ‘ah salah satu pasti ada yang suka ini!’. Tapi ternyata, jalan ceritanya tidak sesederhana dari sekedar temenan, masing-masing punya pacar, lalu masing-masing putus sama pacarnya, kemudian pemeran utamanya jadian. Happy ending. Enggak segampang itu.

Review cerita film love rosie 2014

Seperti cerita remaja umumnya, kisah antara Rosie Dunne (Lily Collins) dan Alex Stewart (Sam Claflin) disajikan dengan malu-malu. Namun keduanya tetap dekat, saling mendukung untuk mengejar mimpi mereka masing-masing. Alex bermimpi ingin menjadi seorang dokter sukses dan mengejar beasiswa kedokteran di Harvard, Amerika. Sementara Rosie yang bermimpi ingin memiliki hotelnya sendiri, juga ingin pergi dari Inggris, dan sekolah perhotelan di Boston. Tentu saja, mengikuti jejak Alex.

Sayangnya kecelakaan yang menimpa Rosie harus membuatnya menunda pengejaran mimpinya itu. Dari kondisi ini, alur kisah persahabatan dan cinta ala remaja yang kocak dan enerjik kemudian berubah menjadi alur yang penuh adegan cukup membuat terharu, gelap dan mungkin sedikit memancing emosi. Namun Ditter sepertinya bukan tipikal direktor sinetron Indonesia yang membuat setiap adegan menjadi terlalu detail. Tidak perlu adegan merengek-rengek, tertekan mengurung diri di kamar atau adegan ngomong sendiri sambil nempel di tiang. Setiap adegan dan perjalanan panjang dari kisah Rosie menjalani takdirnya dapat dihadirkan dengan perpindahan yang cukup cepat dari waktu ke waktu tanpa membuat penonton kehilangan alur ceritanya sendiri.

Namun entah untuk menambah durasi, atau memang biar penonton gemes, dari pertengahan film mulai hadir alur yang bolak-balik. Penonton mungkin akan berfikir “yaelah, kan bisa gini aja biar jadi gitu” dengan bebeberapa kali kondisi yang sama itu. Dari sinilah kemudian alur cerita stuck dan naik turun dengan drama-drama yang kemudian jadi mirip sinetron 1000 episode. Yah walau enggak selebay itu juga sih. Meski mungkin beberapa yang pernah di posisi kakak-adek-ketemu-gede akan berfikir, “yeah, gue tau kok apa yang dia rasain“.

Jujur saja, ending film begini biasanya bakal gampang ditebak dari awal. Tapi proses menuju ending itu yang membuat sebuah film menjadi menarik. Di sini, film Love, Rosie berhasil menyajikan cerita romantika remaja yang mungkin juga ada di sekitar kita. Hanya saja, di sini disajikan dengan lebih dramatis dan lebih cantik-cantik saja pemerannya. Untuk penggemar film romantis, film Love, Rosie ini cukup saya rekomendasikan untuk ditonton bareng pasangan, kakak atau adek ketemu gede dan temen masa kecil yang terus-terus barengan.

6 COMMENTS

  1. Sy baru mau download filmnya ini om 😀
    kayaknya bagus ya.
    kemarin abis baca reviewnya jg di indowebster.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here