Sebenarnya enggak tepat kalau saya bilang review atau resensi buku. Soalnya mengomentari tulisan, karya, pemikiran macam ini agak-agak sulit dan sangat subjektif. Tergantung orangnya masing-masing. Jadi biar enak sih, mungkin judulnya lebih pas kalau : “Ngomentari Buku Hidup Itu Indah” ajah kali ya.
Buku Hidup Itu Indah mungkin bisa dibilang sebagai buku paling enggak dikenal yang pernah saya beli. Bukan karena jelek atau penulisnya (atau komikusnya?) enggak terkenal. Tapi lebih ke arah saya lebih sering membaca buku-buku hits yang mudah didapat di toko buku. Contohnya buku Kedai 1001 Mimpi atau Sabtu Bersama Bapak dulu itu.
Informasi tentang buku Hidup Itu Indah ini bermula di awal puasa, ada teman yang membagikan comic-strip satir menggelitik tentang setan yang mau bunuh diri. Yups, ini adalah opening yang mengenalkan saya ke buku ini. Karena ternyata buku ini enggak ada di toko buku ternama, maka untuk mendapatkannya juga saya harus menghubungi orang yang membantu memasarkannya di Facebook. Komunikasi sebentar, tanya alamat kirim, rekening transfer dan beberapa hari kemudian buku sudah sampai di meja kerja saya.
Kesan pertama setelah menerima buku Hidup Itu Indah, menggelitik. Bukan lucu ya, tapi lebih seperti pancingan untuk mengajak saya berkaca dengan kondisi real yang ada di sekitar kita. Saya makin enggak sabar untuk mulai membaca buku ini. Bahkan saya membacanya dari setiap halaman secara teliti, mulai dari kata pengantar. Sampai ke pengantar penulis bertanda tangan dengan nama saya di atasnya. Sayangnya agak salah sih, nulisnya Ikhsan. Hiks…
Secara garis besar saja, buku ini terbagi menjadi 5 Bab dengan tema yang berbeda-beda. Isinya, kurang lebih opini yang sangat kritis, menggelitik dan satir tentang kondisi yang ada di kehidupan kita. Dalam artian, sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Opini dari Mas Aji Prasetyo ini sendiri dituangkan hampir sebagian besar dalam bentuk komik. Meski sebuah komik, ternyata enggak sekali lewat untuk memahami maksud dari apa yang digambarkan Mas Aji ini. Tapi dari setiap judul yang hadir, saya sering berucap “iya juga ya” tertawa kecil dengan rasa yang miris. Miris karena apa yang digambarkan beliau pasti bertentangan dengan apa yang orang lain coba katakan. Miris karena ternyata apa yang digambarkan beliau adalah kenyataan yang seringkali kita ‘denial’.
Untuk sebuah komik, saya mungkin akan bilang kalau buku Hidup Itu Indah ini adalah sebuah karya seni. Bukan mengagungkan. Tapi karena di beberapa bagian saya memperoleh banyak hal untuk direnungi, dipelajari. Tapi di bagian lain, saya tidak bisa menangkap maksud dari Mas Aji. Mungkin ketinggian, dan pikiran saya belum bisa sampai ke sana. Entahlah.
Overall, buku Hidup Itu Indah ini benar-benar sebuah bacaan yang sangat saya rekomendasikan untuk kamu yang mencari bacaan ringan tentang kondisi sosial masyarakat, sedikit kontroversial dan khususnya mampu menerima pemikiran orang lain dengan terbuka. Rasanya melahap buku ini seharian hingga habis masih kurang dan masih ingin mengulangi membacanya lagi. Sebuah karya yang anti-mainstream, kritis, dan tetap menghibur sebagaimana layaknya sebuah komik.
Beli buku hidup itu indah bisa didapat dimana ya??
coba kontak Mbak Wiji di facebook ini
https://www.facebook.com/dinosaurus.semut
Bisa jadi target beli buku bulan depan ini. Aku pengen baca buku yang ringan-ringan ahhahah