Pengalaman Naik MRT Jakarta di Masa Pandemi

Meski sudah tinggal di Jakarta kurang lebih 6 tahun, tapi saya terhitung baru 2 kali naik MRT. Jadi rasanya memang lupa-lupa ingat. Terakhir kali naik saat menjaga booth pameran di daerah Senayan, dan ‘menghemat’ ongkos jadinya naik MRT dahulu sampai Bundaran HI. Setelah itu, sambung ojek online ke kosan.

Kondisi pandemi praktis membuat saya jarang kemana-mana. Hingga akhirnya minggu lalu, pertengahan April 2022, dikarenakan ada keperluan di daerah Lebak Bulus maka saya memutuskan untuk menggunakan moda transportasi MRT.

MRT Jakarta sendiri merupakan singkatan dari Mass Rapid Transit, atau kalau versi Jakarta adalah Moda Raya Terpadu Jakarta. Dibangun mulai sekitar tahun 2013-an, MRT memiliki jalur dari daerah Bundaran HI (depan Plaza Indonesia) sampai dengan Lebak Bulus.

Karena saya berangkat dari daerah Senen, maka saya terlebih dahulu naik ojek online untuk sampai ke halte Bundaran HI. Untuk masuk kearea Stasiun MRT Bundaran HI, saya harus menuruni tangga yang cukup tinggi.

Di pintu masuk sebelum area stasiun, terdapat petugas yang berjaga untuk mengecek status Peduli Lindungi dan juga barang bawaan. Setelah itu, calon penumpang dapat jalan-jalan sekitar area stasiun atau langsung turun ke area peron.

Untuk masuk ke peron, maka calon penumpang harus melakukan tap in menggunakan metode pembayaran yang dipilih. Saat itu saya kurang memperhatikan apa saja metode pembayaran yang bisa digunakan. Yang pasti sih saya menggunakan e-Money Mandiri, sama dengan yang saya gunakan untuk naik KRL. Bagi yang tidak punya e-Money, sepertinya terdapat mesin (atau juga kasir?) untuk membeli kartu sekali jalan.

Di area peron, terdapat penunjuk yang sangat jelas tentang jalur perjalanan dan jam keberangkatan/kedatangan kereta MRT. Saat saya datang, MRT yang akan saya naiki juga kebetulan baru datang. Jadi gerbongnya masih kosong.

Sesuai jadwal yang telah ditetapkan, MRT langsung berangkat menuju stasiun akhir Lebak Bulus. Tentu saja, ada banyak stasiun yang menjadi pemberhentian MRT untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Diantaranya adalah Setia Budi, Senayan, Blok M, Blok A dan Fatmawati.

Tarif perjalanan naik MRT sangat beragam, tergantung dari jarak perjalanan yang kita lakukan. Untuk perjalanan full dari HI ke Lebak Bulus, kalau tidak salah ingat tarifnya adalah Rp14.000. Sementara untuk tarif paling dekat cuma Rp3.000. Dengan waktu tempuh yang sangat cepat, bebas macet, nyaman dan keren, tarif ini menurut saya sangat bersahabat. Untuk lebih lengkap soal stasiun pemberhentian dan tarif, bisa dicek di situs MRT Jakarta.

Di masa pandemi, peraturan naik MRT lumayan ketat. Peraturan ini juga dipantau langsung oleh petugas-petugas keamanan yang berjaga. Sayangnya, masih banyak penumpang yang ‘mengabaikan’ peraturan ini. Contohnya larangan untuk berbicara, baik searah atau dua arah.

Saya beberapa kali melihat penumpang yang ditegur petugas karena mengobrol di dalam MRT. Namun saat petugas berlalu, mereka kembali lanjut mengobrol. Entahlah, sepertinya susah sekali ya mengikuti peraturan dan menahan obrolan?

3 COMMENTS

  1. Hi Kak Ihsan. Salam kenal 😀 kunjungan balik ke sini 😀
    Baru-baru ini aku pernah naik KRL dan MRT setelah sekian lama nggak naik karena pandemi. Baru tahu kalau ada larangan bicara di dalam gerbong, pantas suasana di dalam gerbong sunyi senyap padahal biasanya berisik hahaha. Kalau di MRT kayaknya dari sebelum pandemi memang nggak boleh berisik, atau mungkin aku yang salah ya 😂
    Setahuku sekarang di KRL dan MRT udah bisa bayar pakai LinkAja, jadi tinggal tap pakai hp aja gitu di area barcode scanner.
    Di KRL juga ada larangan untuk 1 baris hanya boleh diisi oleh 5 orang, tapi begitu petugas pindah ke gerbong lain, larangannya dilanggar gitu aja sama penumpang 😂. Mungkin karena nggak ada aturan tertulis juga, jadi penumpang yang baru pertama naik KRL tuh nggak tahu ada aturan ini. Ini terjadi di jam sepi, gimana kalau di jam ramai ya, kayaknya lebih sulit banget untuk dipantau 😂

    • Iyes, sempat lihat ada logo LinkAja dan Dana. Soal kapasitas, KRL memang sempat dibatasi. Tapi sekarang sudah free full kapasitas sepertiya. Hanya saja tetap, tidak boleh berbincang-bincang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here