Mengenalkan Konsumsi Makanan Sehat Pada Anak

Beberapa waktu lalu, lini masa cukup ramai dengan berita-berita anak muda yang sudah terkena beberapa penyakit ‘tua’. Maksudnya, penyakit yang pada umumnya di era dahulu kala justru diderita orang lanjut usia. Misalnya saja diabetes, gagal ginjal dan lain-lainnya.

Sudah cukup banyak influencer dari bidang kesehatan yang mengangkat tema ini. Dari beberapa pembahasan, salah satu isu yang diangkat adalah menjamurnya jajanan makanan dan minuman kurang sehat serta tinggi gula. Dan sayangnya, para anak muda ini sangat senang menikmati jajanan tinggi gula dan garam tersebut!

Sebagai orang tua (parents, bukan old!), hal ini juga membuat saya cukup khawatir. Punya anak beranjak dewasa yang senang mengikuti trend jajanan jelas membuat saya harus meningkatkan kewaspadaan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mulai mengenalkan bahaya-bahaya jajanan kurang sehat dan mulai mengenalkan anak pada makanan dan jajanan yang sehat secara perlahan.

Makanan Sehat Untuk Anak

Menerapkan Pola Makan Sehat Pada Anak, dan Orang Dewasa

Harus diakui kalau sangat normal kalau Ana sangat suka jajan. Lha bapaknya saja suka kok. Jadi, rasanya agak sulit kalau pola makan sehat ini langsung diimplementasikan penuh pada anak.

Tapi demi kesehatan dan masa depan, maka harus ada langkah yang dimulai. Setidaknya, mulai diterapkan batasan-batasan agar konsumsi makanan kurang sehat tidak berlebihan. Dan untuk itu, ini beberapa pola makan sehat yang saya coba untuk diterapkan pada anak.

Mengurangi Konsumsi Gula Berlebihan!

Bisa dibilang kalau gula ini seperti ‘sahabat’ buat anak-anak. Hampir semua jajanan anak itu memiliki kandungan gula yang tinggi. Permen, minuman kekinian, minuman kemasan, es krim, jus ala-ala, martabak dan blablabla. Bahkan ada jajanan namanya gulali, kembang gula dan gula-gula. Berapa banyak kata gula di situ?!

Mengurangi dan membatasi konsumi gula berlebih adalah langkah pertama yang saya ambil demi kesehatan anak, serta orang tuanya. Konsumsi minuman kekinian kami batasi satu kali dalam sebulan, jajanan seperti lolipop, gula-gula dan minuman kemasan kami larang. Untuk es krim masih kami berikan sesekali selama dari brand yang produknya tidak terlalu manis, pesan jus kami minta less sugar.

Jujur saja, menghentikan konsumsi gula itu masih sangat sulit dilakukan. Jadi mengurangi secara perlahan adalah salah satu langkah penting yang bisa kami mulai.

Membatasi Konsumsi Mie Instant

Secara bahan baku, mie dibuat dari tepung gandum yang biasa-biasa saja. Jadi, secara komposisi mie bisa saja menjadi pengganti makanan pokok. Toh gandum memiliki kandungan karbohidrat yang baik. Bener kan ya?

Masalahnya adalah mie instant memiliki kandungan garam yang sangat tinggi. Bahkan ada mie instant yang memiliki kandungan garam lebih dari 100% kebutuhan harian. Belum lagi garam dari makanan lain yang akan dikonsumsi seharian. Bro, kasian itu ginjalnya!

Tapi, karena harus diakui kalau kita adalah pecinta micin, maka konsumsi mie instant tetap kami berikan dengan batasan. Paling banyak konsumsinya adalah 1 kali seminggu, dan biasanya hari minggu. Makanya, untuk hari minggu kami menyebutnya sebagai noodle day. Semoga kedepannya bisa jadi 1 kali sebulan.

Mengurangi Konsumsi Makanan Olahan (Processing Food)

Sebagai anak kos, makanan olahan seperti sosis dan nugget menjadi salah satu stok makanan yang sering nongkrong di freezer kulkas. Sifatnya yang gampang dimasak, mengenyangkan dan rasanya ternyata enak adalah alasan utama.

Sayangnya, banyak artikel kesehatan sudah menyatakan kalau makanan olahan ini kurang baik untuk kesehatan. Ditambah lagi, kandungan gizinya juga tidak bagus-bagus amat.

Hal ini yang kemudian membuat saya mengurangi konsumsi makanan olahan. Begitu juga akhirnya ke anak. Makanan olahan sangat dibatasi, walau tetap ada beberapa disimpan di dalam kulkas. Yah, just in case of emergency.

Konsumsi Buah dan Sayur Setiap Hari

Nah terakhir adalah mengganti camilan dengan makanan yang lebih sehat. Biasanya, buah jadi menu utama yang harus ada setiap hari. Bebas sih buah apa saja, yang penting buah segar.

Selain itu, tentu saja untuk makanan pokok juga harus dilengkapi dengan sayuran. Kepinginnya sih selalu ada sayuran hijau, tapi kan di Indonesia banyak sayuran yang tidak hijau juga. Misalkan saja kol, tauge atau wortel. Jadi, yang penting ada sayur!

Mencari Informasi Pola Hidup Sehat di Internet

Hidup di jaman serba modern seperti sekarang ini bisa dibilang jauh lebih memudahkan, asal tahu saja cara memanfaatkannya. Termasuk juga ketika kita akan melakukan diet, menjaga pola makan bahkan mengajarkan anak tentang makanan sehat dan belajar memasak.

Salah satu situs di internet yang saya temukan dan memuat segala hal tentang makanan, memasak dan hidup sehat adalah CulinarySchools.org. Di situs ini, kamu bisa menemukan informasi tentang bagaimana memulai diet (diet calculator), konversi ukuran saat memasak, dan juga ada bagian fun games yang cocok untuk anak.

Halaman yang cukup sering saya akses adalah halaman konversi ukuran masakan atau Recipe Ingredient Conversion Calculator. Saya termasuk orang yang senang mencoba-coba resep di internet, biasanya lewat video. Nah, resep ini kebanyakan punya ukuran yang berbeda. Apalagi kalau resepnya dari luar negeri.

Untungnya di CulinarySchools.org ini ada kalkulator konversi yang dengan mudah bisa kita gunakan. Saya bisa mengkonversi ukuran dari teaspoon, tablespoon ataupun ml dengan ukuran yang sedang saya gunakan. Sering kan kalau lagi masak, lalu kepikiran “25ml itu berapa sendok makan ya?”

Selain itu, di situs ini juga tersedia beberapa fun games buat anak yang dapat digunakan untuk mengajarkan tentang makanan. Games yang ada sederhana sih ya, seperti membedakan mana yang makanan sehat dan tidak sehat, memilih jenis buah berdasarkan namanya, atau juga farm simulator sederhana.

Untuk yang lebih kompleks, ada beberapa fitur lain yang mungkin bisa dicoba. Malah kalau tidak salah lihat, sempat ada informasi dan daftar sekolah untuk menjadi seorang chef. Tertarik?

2 COMMENTS

  1. Aku pun sangat membatasi konsumsi makanan instan ke anak2. Masih belum melarang 100% Krn aku malah kuatir mereka akan makan diam2 nanti. Tp setidaknya 2 Minggu sekali sudah cukup. Bahkan kalo sedang trip ke LN yg mayoritas bukan muslim countries, JD lebih sering secara cari makanan halal nya susah.

    Yg penting sbnrnya kita tahu batasan nya ya mas.

    Games skr udah bagus, bisa mengajarkan banyak ke anak2 tapi melalui cara yg fun 😄👍

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here