Saya kayaknya pernah bilang, kalau saat ini saya sedang meneruskan pendidikan S1 di salah satu institut teknik di Surabaya. Dan masa pendidikan saya kali ini, memang bisa dibilang beasiswa dari instansi juga. Jadi kondisinya adalah saya dengan usia hampir 30 tahun, kuliah bareng dengan generasi – generasi muda kita saat ini, yang baru lulus SMA tahun lalu. Kebayangkan gimana?
Tapi saya bukan mau cerita suka duka kuliah beda generasi gini. Masalah dikira kuliah S2, atau bahkan mereka pikir kami dosen saat masuk kelas pertama kali itu sudah jadi hal biasa. Cuma saya mau nulis tentang kuliah di era saya dulu masih menyelesaikan Diploma, dan kuliah saat ini. Dan seterusnya, teman – teman kuliah beda generasi ini akan saya tulis dengan nama “teman” saja, untuk memudahkan.
Dari semester awal, sekitar september 2012 lalu saya punya ganjalan besar ketika sekelas dengan mereka. Entah kenapa, mereka seperti kurang sadar kalau sedang berada di kelas. Ketika proses belajar mengajar di kelas, mereka sibuk dengan kegiatan masing – masing. Bahkan ada dosen yang berbicara, tampak tidak mereka perdulikan.
Di salah satu mata kuliah, ada seorang dosen muda yang mungkin lebih muda dari saya. Mungkin karena masih mudah itu, beliau jadi agak sungkan mau bersikap galak. Namun imbasnya adalah teman – teman tadi seperti tidak menganggap keberadaan dosen tersebut. Tidak jarang suara keributan yang mereka buat, lebih keras dari suara dosen tersebut mengajar. Apakah mereka tidak menghormati keberadaan dosen tersebut?
Bukan bersikap sok bijak atau sok pinter, tapi saya juga enggak bisa sih fokus – fokus amat waktu di kelas. Tapi dari kecil saya belajar etika, dimana ketika ada orang bicara di depan kelas, atau sebuah forum, maka secara normal kita harus memperhatikan. Kalau memang sedang tidak fokus, setidak – tidaknya pura – pura memperhatikan saja cukup. Yang penting jangan membuat kesibukan sendiri, atau sampai berbincang – bincang hingga menimbulkan kegaduhan. Kalau emang enggak mau memperhatikan, mendingan tidur deh.
Entahlah, saya kurang paham. Mungkin memang beda generasi, beda pula kenakalannya. Di era saya, tidur di kelas mungkin sesekali bisa dimaklumi. Bisa jadi karena kesibukan mengerjakan tugas kuliah sampai larut malam. Tapi kalau setiap kelas selalu tidur?
Kalau kata rekan saya sesama mahasiswa beasiswa, “Namanya juga masih muda. Aura anak SMA nya masih kebawa – bawa, jadi suka ribut di kelas”. Hmm, bisa jadi sih begitu. Tapi saya jadi berfikir, kalau saya jadi Menteri Pendidikan, mungkin saya akan mengembalikan mata pelajaran Pendidikan Moral dan mata pelajaran Etika Sosial ke tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Karena moral bangsa itu harus dibentuk sedari dini.
aku seneng bisa berkunjug ke blog agan. ada beberapa artikel menurutku penting dan memiliki gaya penulisan yang unik, jadi udah beberapa artikel yang aku baca. semangat buat update blogya ya gan, oya salam kenal yaaaaa…. 🙂
Wahh.. kuliah di ITS ya mas.. ups sebut merk, hehe
Mungkin pembawaan dikelas dan dosennya kurang berpengaruh. Kalo saya pas jaman kuliah di salah satu polteknya ITS [dulu] dosen bisa membawa agar mahasiswanya bisa terkondisi, dan entah karena takut atau hormat kita pun bisa tetap tenang saat pelajaran berlangsung. memang ada sih satu dua dosen yg membuat kita bosan untuk tetap berada dikelas tp ya gak sampe ribut. 🙂
Iya,ada benernya sih bawaan dosen. Tapi kan secara etika, sudah seharusnya kita menyimak jika ada yang berbicara di depan kelas. paling tidak ya pura – pura menyimak deh
🙂