Deretan Film trilogy The Hunger Games akhirnya ditutup dengan seri The Hunger Games: Mockingjay Part 2 yang resmi tayang di Indonesia pada 20 November 2015 lalu. Dan karena saya memang sangat penasaran dengan ending film The Hunger Games ini, saya akhirnya menyempatkan untuk ikut nonton di hari pertama. Meskipun harus kebagian tiket sedikit ke pojok-pojok. Dan sekarang, kita langsung mulai review film Mockingjay Part 2 ini saja ya.
Tambahan kata PART 2 di film Mockingjay kali ini memang bukan sekedar pembeda atau basa-basi. Film langsung dimulai tanpa ada intro atau awalan cerita untuk menggambarkan seri sebelumnya. Si sutradara tanpa ragu langsung memasukkan adegan dimana sang Mockingjay, Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) tengah dalam penyembuhan setelah insidennya bersama Peeta Mellark (Josh Hutcherson) di akhir film Mockingjay Part I. Jadi, buat yang belum nonton Part I, mending ditonton dulu. Biar gak bingung aja gitu.
Kalau di Mockingjay Part I banyak diisi dengan rencana perang dan adu propaganda antara Panem dan Capitol sehingga sedikit membosankan, maka di Part II lebih didominasi oleh eksekusi rencana dengan bumbu propaganda yang lebih berbahaya. Katniss yang memang sejak awal seri The Hunger Games digambarkan sebagai seorang pembangkang, semakin menunjukkan karakter yang kuat. Bahkan di beberapa titik, kita akan melihat pembangkangan yang dilakukan lebih ke arah sifat egois. Sifat doi ini yang kemudian bikin film Mockingjay Part 2 buat saya jadi semakin gereget. Bingung mau jelasinnya gimana, tapi nanti pas nonton kamu pasti paham maksud saya.
Dari segi cerita, mungkin Mockingjay Part 2 adalah seri dengan jalan cerita yang cukup complicated. Wajar saja sih, sebagai sebuah seri penutup, maka banyak masalah yang akan diselesaikan di film ini. Yang utama, jelas film ini akan mengejar ending pemberontakan 13 distrik melawan Capitol. Sedikit spoiler, sudah pasti sih pemberontakan akan ditutup dengan kekalahan pihak Capitol yang dipimpin oleh Presiden Snow. Tapi untungnya, ceritanya enggak sesimple dan sesederhana itu. Ada sedikit twist mengejutkan di akhir perang, yang membuat banyak orang terkejut. Walaupun di awal-awal film sudah sedikit dibocorkan, tapi tetap enggak disangka kalau bakal seekstrim itu.
Selain itu, masih ada juga masalah asmara antara Katniss, Peeta dan tentu saja Gale. Dari seri-seri sebelumnya penonton tentu sudah tahu kalau Katniss memiliki hubungan asmara dengan Gale. Tapi The Hunger Games membuat Katnis juga punya hubungan emosional dengan Peeta. Err…kalau ini bingung juga mau cerita tanpa spoilernya. Tapi, bagian ini ternyata jadi menarik, bikin penasaran dan cukup menghibur dengan adegan-adegan baper yang dialami Gale dan Peeta.
Untuk pemberontakannya sendiri, sepertinya saya harus bilang jangan berharap terlalu banyak untuk dapat melihat perang, ledakan dan pertempuran antara tim Katniss melawan pasukan Capitol. Seperti yang sudah-sudah, Katniss harus ikut dengan taktik yang disiapkan oleh Presiden Coin. Praktis, Katniss harus selalu berada di jalur aman dan tidak terlibat langsung baku tembak dengan Capitol. Tapi, seperti yang saya bilang tadi kalau sifat pembangkang si Mockingjay sangat mempengaruhi jalannya film. Jadi tak sekedar baku tembak yang membosankan, kita justru disajikan aksi thriller yang cukup menegangkan dengan mengikuti aksi pembangkangan si Mockingjay untuk menyerang Capitol lewat jalur gerilya. Buat beberapa orang mungkin sekedar thriller biasa. Tapi buat sebagian lagi, rupanya ini menjadi bagian yang menegangkan. Terbukti, penonton di samping saya lompat karena kejutan yang muncul di salah satu scene. Dan lompat disini, dalam artian sebenarnya….
Overall, film Mockingjay Part 2 menurut saya cukup sukses menutup seri film The Hunger Games yang sudah dimulai sejak tahun 2012 lalu. Semua rasa penasaran terjawab, semua masalah terselesaikan. Untuk saya sendiri, ending ceritanya cukup mengejutkan meski entah kenapa terasa agak kurang gereget. Tapi, rasanya enggak berlebihan kalau film Mockingjay Part 2 ini diberi skor 7.6/10.
