Rest In Paw, Baja Si Anak Serigala

Namanya Baja. Seekor kucing calico domestik betina berusia 8 bulanan hasil hibah dari seorang kerabat. Namun untuk seekor kucing domestik, ukuran tubuhnya cukup jangkung dan besar. Saya curiga dia berdarah mixdom, mungkin ada turunan Maine Coon.

Anak serigala sendiri adalah julukan yang saya berikan secara acak. Entah mengapa. Mungkin karena ukurannya yang terbilang besar, atau kebiasaan yang selalu bergerak dan menyerang tiba-tiba, atau karena bulu badannya yang setiap pagi berdiri seperti siap untuk menerkam.

Meski berjenis domestik, Baja ini termasuk kucing rumahan murni. Sebelumnya dia lahir dan dibesarkan di kamar kos kerabat. Setelah kami adopsi, dia tinggal di rumah yang punya pekarangan, sedikit kebun belakang dan tentu saja akses ke jalan raya.

Suasana yang serba baru, membuat Baja kerap sekali bertingkah dan terlihat konyol. Sering ia ketakutan hanya karena melihat ujung tanaman kecil bergoyang ditiup angin. Mengeong keras dan melompat tinggi karena mencoba menangkap kupu-kupu atau lalat. Dan tentu saja, selalu ketakutan jika melihat motor dan mobil lalu lalang. Oh ya, pasti kamu juga jarang kan melihat kucing yang takjub melihat hujan. Hahaha..

Untuk seekor kucing, dia juga cukup unik. Dia bisa membuka pintu kamar kalau kami bangun terlalu siang. Biasanya pukul 5 subuh, dia sudah menggedor kamar dan membuka tuas pintu. Iya, dia melompat dan membuka tuas pintu sendiri. Dan ketika pagi hari saat matahari cerah, maka Baja sudah pasti akan rebahan di bawah dedaunan pohon mint hidroponik kami.

Sekitar akhir September, Baja kami daftarkan untuk mengikuti program steril bersubsidi. Iya, kami memang berniat melakukan steril kucing-kucing kami. Saat ini sudah ada 4 kucing yang hidup di rumah, jadi 5 dengan adanya si Baja. Daripada tidak terawat, maka kucing dewasa akan di steril saja.

Proses steril dilakukan di salah satu cat homestay. Sengaja saya tidak sebutkan namanya, khawatir dibilang merusak nama baik. Ada dua kucing kami yang didaftarkan untuk steril hari itu. Kiki dan Baja.

Operasi Kiki berjalan lancar. Sementara untuk Baja berlangsung dengan waktu 2 kali lebih lama. Alasannya kucing terlalu banyak lemak dan belum buang air besar. Sehingga operasi jadi lebih sulit.

Perbedaan pada Baja mulai terasa saat kedua kucing tiba di rumah dan mulai siuman. Kiki langsung mencari makan, mungkin lapar seharian tidak makan. Sementara Baja, seperti orang yang sedang mabuk. Sejenak ia siuman, lalu tertidur lagi.

Keesokannya, kondisi Baja masih sama. Ia hanya makan sedikit sekali, itupun kalau disuap sedikit demi sedikit. Kalau tidak, maka tidak ada makanan/minuman yang masuk ke perutnya.

Kami masih berprasangka baik. Mungkin masih pengaruh bius atau efek operasi.

Sayangnya kondisi ini terus terjadi sampai dengan 2 minggu setelah operasi. Setiap kali ada makanan yang masuk, dia langsung muntah begitu saja. Tentu saja kami langsung membawa ke Dokter Hewan. Kami mendatangi 3 dokter hewan yang berbeda, jawabannya selalu sama. Tidak ada yang salah dari kondisi kesehatannya. Bahkan ketika di rontgen, semua baik-baik saja. Selanjutnya kami diberi obat untuk mengatasi asam lambung, mungkin Si Baja kena maag.

Dan kami disarankan kembali ke dokter yang menangani operasi sterilnya.

Sayangnya, si Dokter ini cukup sulit ditemui. Entah mengapa, dia tidak ada tempat praktek sendiri. Setelah bertemu, dia juga menganggap apa yang terjadi pada Baja adalah hal biasa. Dia juga tidak menceritakan detail apa yang terjadi saat proses steril. Kami hanya disuruh rajin menyuapi makan, minum dan lain-lain.

Kurang lebih sebulan setelah proses steril, kondisi Baja kian buruk. Bisa dibayangkan bagaimana laparnya dia, semua yang ia telan langsung muntah kembali selama sebulan penuh. Entah itu makanan kering, makanan basah bahkan hingga makanan yang kami encerkan seperti bubur. Tidak ada yang bisa masuk. Mungkin sedikit, yang tersisa di dalam perutnya.

Sebagai catatan, saya tidak ingin menyalahkan cat house ataupun dokter yang melakukan operasi. Saya bercerita agar menjadi pelajaran buat saya, dan buat semua pemilik kucing. Saya yakin ada yang salah dari rangkaian ini semua. Entah karena saya memilih steril di event subsidi, atau saya tidak mengikuti prosedur dengan baik, atau makanan kurang sesuai. Jadikan pengalaman, jadikan pelajaran.

Hari Senin kemarin, 1 November 2021, Baja sudah mulai kepayahan. Saya yang sedang tidak di rumah hanya bisa menatap Baja yang terbaring lemah. Matanya tak lagi bulat besar, bulunya tak lagi berdiri menyerang. Saya tahu, dia sudah lelah.

Meski Baja tak suka dipegang dan berdiam seperti kucing lain, tapi Baja suka ketika saya gendong seperti bayi. Walau hanya bertahan sekitar 5 menit sebelum dia minta diturunkan. Dan malam itu, Baja si Anak Serigala cuma bisa rebahan dengan nafas satu-per satu.

Air mata tak lagi tertahan. Saya hanya bisa meminta maaf padanya tidak bisa ada di sana dan menggendong seperti biasa.

“Baja, istirahatlah. Tidur, udah malam.”

Itu kata terakhir saya kepadanya. Tak lama, dia menutup mata dan istirahat dari lelahnya.

Terima kasih untuk semua tawa dan bahagia yang meski cuma beberapa bulan ini.

Selamat istirahat Baja.

Rest In Paw. Baja si Anak Serigala.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here