Tahun 2016 sepertinya benar-benar menjadi tahunnya film superhero. Belum lagi sirna bayangan keseruan dari film Captain America Civil War beberapa waktu lalu, sekarang kita sudah mendapatkan sajian baru. Melanjutkan cerita dari dua seri sebelumnya, X-Men First Class dan Day Of Future Past, film sequel tentang para mutan ini akhirnya dirilis dengan judul X-Men Apocalypso.
Dari namanya dan juga bocoran-bocoran yang ada, kabarnya film X-Men Apocalypse ini dijanjikan menjadi salah satu film X-Men yang paling seru. Alasannya sih karena musuh yang dihadapi adalah mutan terkuat yang pernah ada. Dari posternya sih, memang tampang Apocalypse yang menjadi musuh para X-Men sepertinya bakal tangguh. Tapi apa memang benar doi setangguh itu?
Cerita Film X-Men Apocalypso mengambil setting kondisi 10 tahun setelah kejadian di seri film X-Men Day of Future Past. Setelah kejadian tersebut, setiap mutan mencoba menjalani kehidupan mereka masing-masing. Bahkan Erik Lehnsherr atau Magneto mencoba menjalani kehidupan sebagai seorang manusia biasa. Sampai akhirnya En Sabah Nur atau Apocalypse yang merupakan mutan terkuat yang sudah lama tertidur bangkit kembali ke dunia. Dan seperti orang terkuat lainnya, Apocalypse mencoba untuk kembali menjadi penguasa bumi.
Review Film X-Men: Apocalypse
Film dibuka langsung dengan bagian yang buat saya cukup menakjubkan. Setting Kairo pada jaman sebelum peradaban, dengan efek-efek yang wah memang membuat penonton sukses memantapkan mata mereka ke layar bioskop. Apalagi ternyata enggak perlu waktu lama untuk memperoleh suguhan aksi yang disajikan dengan tempo sangat cepat. Bahkan mungkin buat saya terlalu cepat. Karena terkadang ada adegan yang seperti sekelebat saja lewat, dan tiba-tiba ada yang tewas. Dan ini merupakan asal-usul tentang si Apocalypse ini.
Selanjutnya saat kembali ke setting yang sesungguhnya, saya merasakan sedikit kejanggalan. Film X-Men yang biasanya memiliki porsi merata antar tokoh, kali ini harus merasakan adanya dominasi Mystique atau Raven. Karakter yang diperankan oleh Jennifer Lawrence ini entah kenapa seperti dijadikan tokoh mutan utama. Memang sih kalau melihat dari Day of Future Past, wajar jika kemudian Mystique menjadi idola dan mendapatkan porsi lebih. Tapi yang muncul malah Mystique yang berbeda, yang tak lagi percaya diri dengan penampilan birunya. Doi lebih sering dimunculkan dalam bentuk Jennifer Lawrance. Terkadang justru yang muncul kesan kalau Fox ingin ‘menjual’ tokoh Jennifer Lawrance yang memang sedang menjadi idola banyak orang ketimbang memunculkan karakter-karakter mutan yang ada. Oke, ini jadi Jennifer Lawrance, Raven atau Katniss Everdeen?
Kejutan ternyata ikut muncul dari mutan muda Quicksilver. Kehadirannya di Day of Future Past yang ternyata menjadi salah satu point of interest di film tersebut kali ini berhasil dimaksimalkan dengan baik. Dengan porsi yang tidak terlalu berlebihan, kehadiran Quicksilver seperti memperkenalkan karakter sekaligus ajang show off dari kekuatannya. Enggak hanya mengundang decak kagum, tentu disertai pula adegan-adegan kocak yang mengundang tawa. Mungkin kehadiran Quicksilver disini mirip dengan kehadiran Spiderman di Civil War.
Kekecewaan buat saya justru datang di final fight yang ditunggu-tunggu. Dengan kombinasi mutan super kuat di pihak villain melawan mutan pemula di pihak X-Men, seharusnya kita dapat menyaksikan pertarungan tangguh yang mengundang keputusasaan dari pihak X-Men. Tapi yang ada justru cukup di bawah ekspektasi. Istilahnya, dengan gembar-gembor mutan terkuat, masa pertarungannya ‘gitu doang’ sih.
Hmm…sepertinya itu aja review saya soal film X-Men Apocalypse ini. Ternyata sangat sulit membuat review film tanpa harus membocorkan cerita atau menimbulkan spoiler. Intinya sih, film ini bagus dan memuaskan. Dengan catatan, nikmati aja film ini sebagai film action superhero. Enggak usah terlalu memikirkan kritik A-B-C lalu mencari ‘minus’ dari film ini. Rasanya skor 7.8/10 sudah cukup menggambarkan gimana kerennya film X-Men Apocalypse ini.
Anyway, ada sedikit yang mengganjal pikiran saya. Dengan setting tahun 80-an, entah kenapa saya merasa melihat Professor Xavier menggunakan jam tangan yang merupakan smartwatch dari salah satu brand terkenal. Keliatan lumayan jelas kok di sela-sela adegan klimaksnya. Cuma agak ragu aja sih, apa saya salah lihat gitu. Jadi kalau ada yang nonton dan merasakan hal yang sama, tulis di komentar ya.