Akhir Agustus 2025 kemarin, teman-teman di kantor punya rencana untuk hiking ke Bukit Kaba. Salah satu tempat wisata yang berada di daerah Curup, Provinsi Bengkulu. Mendengar rencana tersebut, tentu saja saya dengan sukarela menawarkan diri untuk ikut serta.
Rencananya, kami akan menuju Kota Curup setelah pulang kantor di Jumat sore dan beristirahat di kantor kami yang terletak di Kota Curup. Setelah itu, baru kemudian kami akan melanjutkan perjalanan dan hiking Bukit Kaba di Sabtu pagi setelah subuh. Sore harinya, kami akan langsung pulang ke Kota Bengkulu.

Rencana yang singkat, padat dan direncanakan santai-santai saja. Setidaknya, itu yang di bayangan saya.
Tanpa melakukan riset dan persiapan khusus, saya praktis tidak menyiapkan apa-apa. Berbeda sekali dengan ketika saya mendaki Gunung Semeru sekitar 10 tahun yang lalu. Dalam pikiran saya sih “kan cuma hiking, bukit pula. How hard it can be?”.
Barang bawaan yang saya siapkan hanya sendal outdoor atau sendal gunung, celana training, kaos olahraga, drone, dan tentu saja perlengkapan mandi dan baju tidur. Sudah, itu saja. Sisanya seperti air minum, camilan dan lainnya jadi barang persiapan bersama.

Sampai dengan jumat malam, rencana masih berjalan normal. Kami sampai di kantor Curup sekitar jam 10 malam. Beberapa perubahan rencana mungkin satu orang yang gagal ikut serta, dan mencari tambahan tracking pole yang kami sewa. Sisanya, kami langsung istirahat saja.
Sabtu pagi semua masih berjalan normal, rencana berjalan masih on schedule, kecuali cuaca saja yang gerimis-gerimis sendu. Mulai agak khawatir juga kalau track akan becek dan menyulitkan.
Dan seperti rencana awal pula, saya cuma pakai kaos olahraga, celana training, dan sendal. Isi tas saya hanya drone, jas hujan sekali pakai, air minum dan beberapa camilan kecil. Beberapa teman sempat mempertanyakan juga, “gitu doang outfitnya pak?“.
Sekitar pukul 6 pagi kami menuju lokasi atau pos pendakian. Di perjalanan, kami menyempatkan untuk membeli sarapan. Siapa tahu ada yang mau sarapan dulu sebelum petualangan di mulai.

Saya sendiri memilih untuk tidak sarapan, khawatir mau buang air besar di jalan. Dan sekali lagi, sampai di sini saya masih merasa kami hanya mau tracking atau hiking ringan. Toh namanya itu BUKIT Kaba.
Sekitar pukul 7 pagi kami sampai di pos yang cukup ramai pagi itu, mengingat memang baru awal weekend. Semua orang terlihat ramah dan saling sapa. Kesalahan pertama langsung terasa, saya tidak bawa jaket yang proper. Cuma bawa jumper hoodie yang biasa saja, tidak cocok untuk pendakian.
Selesai melakukan persiapan, ke toilet, pendaftaran pendakian dan berdoa, kami memulai pendakian sekitar pukul 8 pagi. Agak meleset dari rencana awal, tapi masih oke. Toh cuaca juga baru mulai membaik, rintik hujan tak terlihat lagi.
Sekitar 10 atau 15 menit perjalanan, kami sampai di track yang cukup mengejutkan. Bukit yang saya kira akan tracking santai dengan sedikit jalur yang menanjak hilang dari bayangan. Di depan kami, terlihat track khas gunung dengan kemiringan yang sangat curam. Belum lagi tanah basah dan beberapa akar kayu melintang.
Ini…..beneran track gunung…

Sepanjang perjalanan terasa sangat menantang, setidaknya buat saya yang jadi satu-satunya peserta 40-an. Teman yang 40++ sudah memutuskan untuk putar arah memilih naik ojek sampai pos terakhir di track gunung pertama tadi.
Oh ya, informasi buat yang mau mencicipi. Ada pilihan naik ojek sampai ke pos terakhir. Ongkosnya kalau tidak salah sekitar 60-70 ribuan.
Dari pos pendaftaran sampai pos terakhir, perjalanan kurang lebih 3 jam santai (buat yang kuat). Buat saya, ini 3 jam yang melelahkan. Tanpa persiapan yang matang, hampir 7 bulan tidak olahraga karena cidera, heart rate saya menyentuh angka yang buat saya cukup ngeri. Beberapa kali sampai ke angka 170++.
Sampai pos terakhir, terlihat beberapa kelompok pendaki sedang membereskan tenda. Ada yang baru mendirikan, ada juga yang sudah melipat siap-siap pulang. Dan di salah satu sudut, teman saya yang naik ojek sedang duduk-duduk santai menunggu kami.
Setelah beristirahat cukup, kami melanjutkan pendakian untuk sampai ke puncak. Di sini, pendakian menggunakan tangga yang agak curam. Mungkin mirip-mirip dengan naik ke puncak Gunung Bromo.

Di sini, pengelihatan kami sudah sangat terbatas. Kabut tebal turun sehingga kami kesulitan untuk melihat, bahkan kadang terasa pedih di mata.
Sampai di puncak, kawah yang menjadi objek wisata jadi tidak terlihat. Hanya ada patok puncak yang biasa dijadikan tempat berfoto. Di patok tersebut tertulis, Gunung Kaba – 1.952 MDPL.
Iya, tulisannya GUNUNG, bukan BUKIT. Ketinggiannya 1.952 MDPL dengan awal pendakian ada di sekitar 1.400-an MDPL.
Yaaaaaa…..pantes aja saya megap-megap dan salah persiapan!
Di puncak praktis tidak bisa ngapa-ngapain selain foto-foto sejenak sebelum turun. Kabut yang super tebal, awan terlihat mulai berkumpul dan mengejar jam pulang ke Kota Bengkulu, maka kami segera langsung turun. Bahkan, drone yang saya bawa tidak terpakai sama sekali!
Perjalanan turun tentu lebih cepat, 2 jam pas waktu yang kami butuhkan untuk turun sampai pos pendaftaran. Setelah bersih-bersih, kami memutuskan untuk makan mie instant di warung dekat pos baru kemudian kembali ke kantor di Kota Curup.

Setelah mandi, istirahat sejenak, ngobrol santai, sebelum maghrib tiba kami memulai perjalanan kembali ke Kota Bengkulu. Perjalanan melelahkan, sekaligus menegangkan kalau melihat heart rate yang melonjak, saya akhirnya sempat tertidur juga di mobil.
Meski sampai ke puncak, jujur saya merasa kurang puas juga untuk pendakian kali ini. Rasanya kalau ada kesempatan, saya akan mencoba naik lagi. Tentu saja, dengan persiapan yang lebih matang!
Ingat ya, Gunung Kaba 1.952 MDPL.
Bukan Bukit!