Tentang Game: Red Dead Redemption II

Ketika punya ide ‘menghidupkan kembali’ PC jadul saya yang terindikasi rusak, saya cuma ingin menggunakan untuk game centre sederhana. Sekedar untuk bermain game Dota 2 dan game-game jadul lain seharusnya spesifikasi PC jadul tersebut masih mumpuni.

Salah satu game yang kemudian masuk radar saya karena banyak yang bilang bagus banget, adalah Red Dead Redemption II atau RDR2. Banyak reviewer dan gamers bilang kalau ini game terbaik, keren banget, bahkan sampe dibilang sebagai salah satu game yang harus dimainkan sebelum pensiun main game!

Dengan alasan penasaran, maka saya memaksakan PC jadul saya untuk mencoba bermain game tersebut. Kebetulan, saat itu RDR2 sedang diskon di Steam Sale menjadi harga sekitar 150 ribuan. Saya lupa pastinya!

Early Game Red Dead Redemption II

Sebagai gamers yang senang game FPS seperti Call of Duty, atau game adventure kaya cerita seperti Tomb Raider, early game RDR II ini SANGAT MEMBOSANKAN. Bahkan saya ingat kalau hanya untuk menyelesaikan Chapter I saja, saya membutuhkan waktu 4 sampai 5 hari untuk mengumpulkan mood memainkan game tersebut.

Chapter I game Red Dead Redemption II ini sebenarnya lebih ke ‘tutorial’ cara bermain, kontrol, basic knowledge untuk game ini. Selain itu, basic cerita game juga sedikit (atau malah banyak ya) dimulai pada awal chapter ini. Jadi seharusnya memang pemain lebih difokuskan untuk mengikuti alur cerita awal game, dan kontrol plus fitur yang ada di game ini.

Sayangnya, pace yang terbilang sangat lambat ini membuat banyak gamers langsung menyerah di early game. Saya sendiri sudah langsung merasa bosan dan langsung ganti game setiap kali memainkan game ini. Namun seperti saran yang sudah saya dapatkan dari para veteran: Lanjutin dulu sampe chapter 2 (atau mid game).

Mid Game, Makin Seru dan Menantang

Memasuki mid game (kalau tidak salah mulai chapter 2), barulah eksplorasi besar-besaran game RDR 2 baru bisa dirasakan dan mulai dinikmati. Game dengan open world-free roam story ini memiliki banyak fitur yang bisa dieksplorasi secara bebas. Secara perlahan, saya mulai merasakan serunya jadi koboi ala film western.

Setelah diawali dengan story yang kuat di chapter awal, pemain kemudian memasuki mid game dengan kebebasan memilih alur permainan. Apakah hanya ingin fokus ke menyelesaikan cerita dan memainkan misi-misi utama saja, atau ingin eksplorasi jadi koboi yang hidup bebas dengan kegiatannya serta misi-misi sampingan.

Serunya lagi, di game ini saya tidak perlu melakukan grinding habis-habisan. Senjata bisa beli dan upgrade sederhana untuk meningkatkan kualitasnya. Tidak upgrade pun tidak akan membuat karakter kita menjadi jelek dan under-power menghadapi lawan-lawannya. Jadi, beneran let it flow seperti menjalani hidup seorang koboi.

Di pertengahan game pula saya mulai merasakan kalau beberapa aspek di game ini TERLALU REALISTIS. Bayangkan, karakter utama bisa jadi overweight kalau terlalu banyak makan. Badannya akan membesar, dan tentu saja kemudian mengurangi stamina, mengganggu kecepatan lari kuda dan lainnya. Begitu juga kalau jarang makan, karakter akan jadi kurus, cepat lelah dan lemah!

Bagaimana kita menjalani hidup dan membangun karakter juga dapat memberikan efek cerita yang berbeda. Kita bisa jadi koboi baik hati yang diterima masyarakat, bisa juga jadi koboi jahat yang akan diburu penegak hukum dimana-mana. Beberapa sumber juga menyebutkan perbedaan karakter ini akan memberikan pilihan variasi senjata yang berbeda pula.

Late Game, Kekuatan Karakter dan Cerita Utama

Memasuki akhir game, makin terasa kekuatan cerita yang memancing emosi pemain. Perjuangan, persahabatan, pengkhianatan jadi bumbu yang membuat pemain semakin geregetan. Meski harus diakui kalau kenikmatan akhir cerita agak berkurang, karena ada yang spoiler endingnya di grup komunitas game.

Buat penggemar game open world dan tidak terburu-buru fokus pada cerita, game RDR2 ini memberikan petualangan yang amat mengesankan. Kita ditawari untuk menjalani kehidupan full sebagai seorang koboi di masa keemasannya. Kita bisa jadi bounty hunter, kemping di alam liar, berburu dan memasak makanan kita sendiri.

Dengan lengkapnya gameplay experience yang ditawarkan, tidak heran kalau game ini masih cukup banyak penggemarnya. Bahkan tidak sedikit yang main kedua kalinya, atau bahkan ketiga dan keempat kalinya, dan tidak menamatkan cerita karena sibuk dengan side quest dan menikmati hidup sebagai seorang koboi.

Sayangnya, saya adalah orang yang seringkali terlalu fokus sama cerita. Jadi hanya beberapa side quest yang saya kerjakan. Sisanya langsung fokus ke cerita, menuju end game dan kemudian tamat.

Lalu menyesal, kenapa buru-buru amat sih!

Game ini sendiri jadi game non-competitive dan non-repetitive satu-satunya yang awet di PC saya. Sisanya, selesai game ya langsung hapus saja. Sementara RDR2 masih dalam pertimbangan, kapan ya mau main lagi dan santai menikmati gamenya?

Sebenarnya kalau ikut cerita, justru dari RDR2 baru kemudian meneruskan ke RDR1. Sayangnya, saya keburu enggak mood karena grafis di RDR1 yang kurang ciamik. Sekali lagi, ini soal selera saja.

Jadi, kalau kamu cari game petualangan, 3rd person, open world dan menawarkan banyak pengalaman dari berbagai aspek, kamu wajib cobain ini game. Nunggu diskon aja, 150ribuan puas banget!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here