Review Film: Rasanya sudah sejak pertengahan tahun 2015 lalu, publik sudah mulai dibuat penasaran dan tidak sabar untuk kemunculan film superhero yang satu ini. Dua tokoh besar dari DC Comics dipertemukan dalam satu film, dan dengan judul yang kurang ‘bersahabat’. Huruf V yang bisa diartikan sebagai lambang kata Versus di tengah-tengah nama Batman dan Superman tentu akan mengajak kita untuk berimajinasi bahwa kedua tokoh tangguh tersebut akan beradu kekuatan untuk membuktikan siapa yang terhebat.
Beruntung Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa menikmati film ini sedikit lebih awal. Premier pada 23 Maret 2016 kemarin, hampir semua bioskop yang memutarkan film Batman V Superman: Dawn of Justice dipenuhi penikmat film dan pecinta kedua tokoh komik ini. Malah tak sedikit dari mereka yang hadir dengan atribut Batman, Superman atau bahkan atribut lain dari DC Comics. Yups, its happening. Dan saya cukup beruntung masih kebagian 3 tiket IMAX 3D Kelapa Gading untuk ditonton bersama teman-teman, meski untuk pemutaran akhir jam 21.45!
Sebelum melanjutkan membaca, rasanya saya perlu kasih sedikit informasi kalau ada beberapa bagian yang MUNGKIN menjadi spoiler dari film Batman V Superman ini. Jadi kalau enggak mau kenikmatan nonton berkurang karena bocoran ini, langsung skip ke paling bawa juga boleh. Hehehe. Tapi, saya coba untuk tidak terlalu banyak kok spoilernya.
The Story
It’s a sequel. Mungkin itu hal pertama yang langsung muncul di benak saya setelah 10 atau 15 menit film dimulai. Diambil dari bagian akhir atau klimaks film Man of Steel, kita diajak untuk mengingat kembali bagaimana Superman bertarung habis-habisan melawan Jenderal Zod dan ‘manusia’ dari planetnya. Hanya saja kali ini kita disuguhkan dari sudut pandang masyarakat metropolis yang menyaksikan bagaimana kota mereka porak poranda karena pertempuran makhluk-makhluk asing tersebut. Termasuk salah satunya yang berada di tengah-tengah keramaian tersebut adalah seorang bilyuner ternama, Bruce Wayne.
Dari kejadian tersebut kemudian muncul opini yang berbeda tentang Superman. Sebagian masyarakat menganggap dia adalah dewa penolong, sementara sebagian lainnya menganggap Superman adalah ancaman yang bisa memusnahkan umat manusia kapanpun dia mau. Bruce Wayne termasuk di kelompok yang kedua. Ia merasa Superman adalah ancaman yang harus dapat dihentikan dan memiliki lawan yang sepadan!
Di sisi lain, seorang pengusaha bernama Lex Luthor ternyata tengah berusaha untuk membuat senjata anti makhluk asing. Untuk itu ia meminta akses ke pesawat tempur Jenderal Zod, sekaligus dengan jasad dari Jenderal Zod untuk dijadikan bahan penelitian. Dan tentu saja, dibalik niat baiknya tersebut, Luthor tentu memiliki niat lain yang lebih mengerikan!
The Review
Dari sedikit cerita di atas, tentu kita sudah bisa membayangkan tentang keseruan yang bakal terjadi di film ini. Dua superhero hebat yang akan berhadapan langsung, ditambah dengan villain fenomenal dari seri Superman. Pasti akan ada intrik yang menarik, kejutan yang tak disangka serta pertempuran yang menegangkan. Ya, setidaknya itulah ekspektasi saya. Cerita yang kuat dan gereget seperti yang disajikan pada seri film Batman, dengan action menggelegar seperti pada film Man of Steel.
Sayangnya, sepertiga awal film saya harus menyimpan semua harapan itu. Entah apa yang ada di pikiran Zack Snyder saat membuat film yang seharusnya menjadi epic ini. Usahanya untuk memperkuat cerita di awal justru membuat saya sedikit bosan. Flashback yang terus berulang, mimpi yang bisa ditebak ditambah dengan dialog-dialog yang kurang mengena membuat film ini menjadi seperti film drama saja. Jujur saja, buat saya pembentukan awal film ini justru seperti “Nolan Wannabe” yang kurang sempurna. Yang ada justru seperti lompatan-lompatan cerita yang dipaksakan untuk dapat menyatu.
Masuk ke tengah bagian film, mungkin tensi agak sedikit meningkat. Masih dengan beberapa adegan yang menurut saya ‘kok jadi begini sih?’, tapi setidaknya pace berjalan lebih cepat. Batman mulai dimunculkan selayaknya seorang Batman. Meski adegan penyergapan Batman di siang hari itu buat saya sesuatu yang sangat aneh. Adegan perkelahiannya sih oke. Batman mengeluarkan kemampuan bertarungnya dengan sangat baik dan memukau. Tapi manusia kelelawar yang ahli muslihat muncul siang hari di tengah padang pasir?
Tokoh Lex Luthor juga menjadi sosok yang buat saya agak-agak kurang sempurna di film ini. Kita yang selama ini menikmati Lex dengan karakternya yang dingin namun penuh rencana jahat yang mengejutkan, kok yang sekarang disajikan dengan tokoh Lex yang pecicilan dan rajin melontarkan dialog garing. Tetap jahat sih, tapi buat saya kurang gereget saja. Meski sekali lagi, ini mungkin soal selera dan adaptasi karakter saja. Toh banyak juga orang yang menganggap Lex Luthor di film ini justru lebih ganas.
Nyaris masuk ke sesi terakhir adalah sesi yang paling ditunggu. Pertarungan langsung antara Batman dan Superman. Disini jelas kelihaian melawan kekuatan murni. Sepanjang cerita kita sudah disuguhkan sajian Ben Affleck mempersiapkan diri dan senjata untuk melawan si Manusia Super ini. Jadi bisa saya bilang, pertarungan cukup berimbang, seru dan menarik. Minusnya, mungkin saya akan bilang kalau pertarungan terlalu cepat dan singkat. Bahkan cenderung terlalu mudah untuk diselesaikan. Bisa dibilang, ini adalah sesi pertama dimana saya benar-benar melek dan semangat untuk menyaksikan film ini. Walaupun kemudian, lagi-lagi, pertarungan diakhiri dengan adegan yang amat sangat klise.
Nah terakhir mungkin kita bakal ngomongin pertarungan penutup dan kemunculan Wonder Woman (Gal Gadot). Sudah bukan rahasia kalau Snyder memang beberapa kali menyebutkan kalau dia menyiapkan sesuatu sebagai penutup film ini. Entah harus takjub atau kecewa, tapi kemunculan makhluk besar tangguh dan ganas yang menyulitkan tiga superhero kita ini kok sedap-sedap garing. Sedap, karena ketiga superhero bersatu untuk melawan musuh yang tangguh. Garing, karena jujur saja saya lebih mengharapkan lawan yang kecil tapi tangguh daripada yang bermodalkan badan besar dan tampang sangar. Jadi kurang seru saja pertempurannya.
Terlepas dari itu, pertempuran akhir sepertinya menjadi bagian paling heboh di film ini. Bisa dibilang ledakan ada di mana-mana. Lebih banyak dari Man of Steel kemarin deh. Teman saya sampai bilang, “Bentar lagi sekalian ada Optimus Prime keluar ini”. Dan kehadiran Wonder Woman di pertarungan terakhir ini benar-benar menyita perhatian. Entah dari penampilan, kemampuan sampai….yah semuanya deh. Malah mungkin buat saya, doi adalah ‘(Wo)Man of the match’ di sesi terakhir ini!
Conclusion
Overall, saya enggak akan bilang kalau film ini jelek, gagal atau enggak bagus. Film Batman V Superman: Dawn Of Justice tetap menjadi film dengan cerita yang kuat, epic atau apalah kita bisa menyebutnya. Dan di film ini juga, enggak lupa benih-benih Justice League mulai dibangun dengan kemunculan Aquaman atau The Flash. Jadi dari film ini kita juga bisa berharap DC akan makin serius untuk mengangkat tokoh-tokoh komik mereka ke layar lebar. Anggap saja untuk memanjakan penikmat film yang selama ini disuguhi keluarga Marvel dengan MCU mereka.
Untuk kamu yang belum nonton, mendingan segera nonton deh sebelum menyesal. Film ini mungkin enggak akan Wah, Epic atau Amazing banget. Tapi tetep bagus dan menarik untuk ditonton. Dari saya pribadi di blog iKurniawan.com ini, mungkin akan memberikan nilai 7.6/10. Bukan yang terbaik, tapi tetap film yang menarik!
Anyway, saya bukan fans berat Marvel atau DC haters kok. Saya penikmat film ala-ala dan mencoba menceritakan pendapat saya apa-adanya saja. Kalau kamu punya pendapat lain, yuk sharing di kolom komentar!
[…] untuk si penikmat film. Dan biasanya, film akan lebih memuaskan salah satu pihak saja. Contohnya di film Batman vs Superman yang ternyata di kalangan penggemar komik DC cukup puas. Tapi penikmat filmnya, kecewa […]