Buku Kedai 1001 Mimpi mungkin enggak bisa dibilang buku keluaran terbaru. Alasannya simple, sudah keluar ‘sequel‘ buku ini yang judulnya Kedai 1002 Mimpi. Tapi ini adalah kali pertama saya membeli buku karangan Mas Valiant Budi ini. Itu juga atas rekomendasi dari teman yang bilang, “Lo pasti suka deh, gak bakal nyesel”.
Untuk sebuah buku dimana saya tertarik membacanya, bisa dibilang buku ini termasuk lama untuk saya habiskan. Mungkin sekitar 3 harian. Tapi memang saya baca disela-sela waktu ngerjain tugas, kuliah, update blog dan lain-lain. Ditambah, kondisi idung meler itu gak cocok dipadukan sama baca buku. Buku ini khatam hari kamis kemarin, dan sekarang saya akan coba tulis review dari buku ini.
- Judul : Kedai 1001 Mimpi
- Kategori : Non-Fiksi / Lifestyle
- Pengarang : Valiant Budi
- Penerbit : Gagas Media
- Tahun terbit : Cetakan Pertama 2011
- Tebal halaman : 443 Halaman
- Harga : –
Soal harga, antara 55ribu atau 45 ribu rupiah. Kemarin pas beli bareng novel Jomblo, Sebuah Komedi Cinta, total harga 100ribu. Kesan pertama setelah plastik pembungkus buku dibuka, “wow ini buku tebel banget”.
Buku Kedai 1001 Mimpi ini kalau dilihat dari tag judulnya sih, “Kisah Nyata Seorang Penulis Yang Menjadi TKI“. Jadi sudah dapat ditebak bahwa buku ini akan bercerita dari sudut pandang orang pertama. Dan entah kenapa, saya sering punya masalah dengan buku yang dibuat dari sudut pandang aku ini. Untungnya, begitu masuk awal cerita, saya merasa langsung klop dan sepertinya akan menikmati alur cerita buku ini.
Kedai 1001 mimpi adalah sebuah buku yang ditulis oleh Valiant Budi dari kisah nyata yang dialaminya selama menjadi TKI di Negara Arab Saudi. Nama kotanya, lupa¹. Dari ceritanya, beliau sengaja untuk menjadi TKI di Arab sebagai seorang barista karena punya impian besar. Iya, impiannya adalah untuk bisa tinggal di Negara Arab. Namun ternyata, kehidupan dan masyarakat di negara tersebut enggak seperti yang mungkin banyak orang bayangkan. Valiant Budi menemukan banyak keajaiban yang menguak kehidupan masyarakat di Arab Saudi dari sudut pandang yang belum pernah diekspose oleh media. Contohnya saja misteri family section kedai kopi, kisah cinta para kabayan, dan tentu saja arogansi serta diskriminasi tingkat tinggi antara warga asli dan pendatang. Yang lebih menarik lagi, penulis berhasil menceritakan semua yang ia lihat dengan bahasa yang sederhana, lucu sekaligus berbagi pengalaman tanpa ada unsur mengajari.
Sejujurnya, untuk tipe orang yang kurang open minded, saya enggak akan menganjurkan untuk membaca buku ini. Bukan apa-apa, saya malah khawatir si penulis bakal dibilang penyebar fitnah dan ingin merusak nama baik suatu agama. Walau dari bukunya juga beliau sudah menjelaskan hal itu sudah biasa dia terima. Lagian² dari awal juga penulis sudah menerangkan, “Saya tak meminta anda percaya, silahkan cari data atau buktikan sendiri”.
Ada banyak hal dan quote menarik yang bisa dinikmati dari buku ini, diantaranya mungkin adalah berikut ini;
“…kalau anda punya SMART PHONE, ga otomatis Anda jadi SMART PEOPLE kan?!”
“Kalau boleh saya mengutip perkataan Rasulullah SAW, Islam memang dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya”
“We are what we hate”
Terakhir, entah kenapa kok saya beli 2 buah buku dan keduanya memiliki masalah. Kalau yang kemarin saya bilang lem covernya lepas, di buku Kedai 1001 Mimpi ini, saya mendapatkan kebab³ 14 dan 15 nya ada 2. Entah semuanya begitu, atau kebetulan saya dapat yang ‘special edition’. Overall, saya sangat puas membeli dan membaca buku ini sampai habis. Jadi enggak sabar untuk main ke toko buku dan beli lanjutannya, Kedai 1002 Mimpi!
- Tidak teringat; lepas dr ingatan; tidak dalam pikiran lagi (KBBI), Lupa itu bukan nama kotanya!
- Lagipula, bukan nama tempat di Bali. Itu Legian!
- Bagian buku dalam bahasa penulis. Mirip dengan makanan arab itu memang.
[…] menyelesaikan membaca dan membuat review buku Kedai 1001 Mimpi beberapa waktu lalu, saya sebenarnya belum punya rencana untuk membeli dan membaca kelanjutan […]
[…] lebih ke arah saya lebih sering membaca buku-buku hits yang mudah didapat di toko buku. Contohnya buku Kedai 1001 Mimpi atau Sabtu Bersama Bapak dulu […]