Saya suka minum kopi. Tapi saya juga punya masalah dengan kopi. Lebih tepatnya, perut saya selalu berontak dan ngajak ke ‘belakang’ setiap kali saya minum kopi dengan intensitas yang cukup pekat. Makanya, kalau lagi nongkrong di warung kopi saya lebih sering pesan kopi yang ringan. Bahkan lebih sering pesan yang latte dan manis-manis gitu.
Tapi beberapa hari belakangan ini kok rasanya kurang lengkap kerja di depan laptop, sambil denger lagu, tapi tanpa menyeruput kopi hangat. Memang sih saya sempat menggantikannya dengan coklat seduh atau teh manis. Tapi tetap saja rasanya berbeda. Maka saya mulai lagi berburu kopi yang nikmat dan sebisa mungkin enggak membuat perut saya berulah.
Untungnya saya punya teman yang bisa dibilang sangat menggemari kopi dan menikmati proses membuat kopi. Dari dia, saya dapat info untuk mencoba kopi dari salah satu ‘pabrik’ kopi di daerah Bandung. Nama singkatnya sih Kopi Aroma. Tapi kalau dari nama produk atau pasarannya, tertulis Koffie Fabriek Aroma.
Sekilas Tentang Koffie Fabriek Aroma
Sebenarnya saya beberapa kali melihat acara televisi yang meliput pabrik kopi di daerah Banceuy Bandung ini. Menurut berbagai sumber, pabrik dan kedai kopi Aroma ini merupakan usaha turun-temurun yang sudah berdiri sejak tahun 1930-an. Sudah sangat tua.
Selain karena sejarahnya, yang membuat kopi ini terkenal dan direkomendasikan ke saya adalah proses penyimpanan kopi yang sampai bertahun-tahun. Dengan proses penyimpanan yang lama, maka kandungan acid dari kopi juga semakin berkurang. Jadi, selain menambah kualitas rasa, kopi ini juga sepertinya relatif ‘aman’ untuk perut saya yang agak rewel dengan kopi dan laktosa.
Walau letaknya yang berada di Kota Bandung, untungnya saya tidak harus kesana untuk bisa membeli dan menikmati kopi Aroma tersebut. Dari salah satu marketplace online, akhirnya saya bisa memesan kopi hasil produksi Koffie Fabriek Aroma ini. Dan yang saya pesan kali ini adalah kopi Arabika Toraja yang digiling halus. Meski disarankan kopi digiling sesaat sebelum diseduh, sayangnya saya belum punya grinder biji kopi sendiri.
Enggak sampai 3 hari, 1 paket berisi kopi arabika toraja bubuk sudah sampai di kos saya. Dan pagi ini, saya sudah sukses minum kopi hitam yang hangat menggunakan bubuk kopi ini. Dan seperti yang pernah saya tuliskan tentang jenis-jenis kopi asli Indonesia, kopi toraja ini terasa harum dengan ada sedikit karakter earthy. Sedangkan rasa asamnya, tidak terlalu terasa di mulut saya. Mungkin karena proses penyimpanan yang lama tadi, jadi kandungan acid dan rasa asamnya sudah agak berkurang.
Tapi bisa saja saya salah. Selain bukan ‘pengamat’ dunia kopi, saya juga bikinnya dengan cara tradisional. Kopi tubruk khas Indonesia. Katanya sih, kalau mau mencoba karakter rasa kopi yang sesungguhnya, harus di ‘brew’ dengan cara yang benar. Dan kemampuan saya belum sampai situ.
Soal masalah perut, sampai sore ini kopi tersebut syukurnya tidak menimbulkan reaksi apapun. Saya tidak merasakan sakit perut atau ajakan mencari ilham di belakang. Jadi sepertinya kopi ini memang benar-benar cocok untuk saya (dan mungkin juga kamu) yang punya masalah perut setiap kali minum kopi. Berikutnya, mungkin saya mau coba jenis kopi yang lain dari produksi Koffie Fabriek Aroma ini.