Kalau ada pertanyaan seperti ini, “Jika kamu bisa menjadi siapapun dan melakukan apapun yang kamu mau, kamu akan mejadi siapa dan melakukan apa?“, maka jawabannya mungkin akan memancing imajinasi kita. Imajinasi yang melambung untuk menjadi seorang orang hebat seperti Tony Stark, seorang miliuner muda seperti Zuckerberg, atau hal yang sangat sederhana seperti menjadi pacarnya Pevita Pearce. Iya, semua orang pasti punya jawabannya masing-masing.
Imajinasi tersebut yang kemudian dituangkan oleh Thomas McCarthy dalam sebuah film berjudul The Cobbler (2014). Film yang dibintangi oleh Adam Sandler ini memang memancing kita berimajinasi ketika premis cerita film ini mulai diungkap. Keberadaan Adam Sandler sebagai aktor utama juga membuat kita berharap jika film ini akan menghadirkan sesuatu yang segar dan menghibur khas film-film Adam Sandler.
Sayangnya, entah karena alur cerita film yang memang dibalut dengan misteri, nuansa film yang cenderung dark atau memang Adam Sandler bukanlah tokoh yang cocok untuk film misteri, film ini seperti kehilangan sesuatu yang menutup imajinasi penontonnya. Menurut saya, memang film ini sepertinya sedikit berbeda dengan film Adam Sandler lain yang cenderung bernuansa ceria dengan nuansa yang lebih meriah. Di film The Cobbler ini, Adam Sandler digambarkan dalam nuansa yang lebih gelap. Mungkin ini dikarenakan McCarthy ingin membangun nuansa misteri yang ada dalam film ini.
Film ini memang dibuat dengan unsur misteri yang gelap. Namun Adam Sandler tetaplah Adam Sandler. Dan rasanya tentu tidak lengkap jika menyaksikan ADam Sandler tanpa diisi dengan rangkaian komedi yang mampu mengocok perut penontonnya. Walau beberapa kritikus menyebut komedi film The Cobbler ini kurang lepas dan tidak seperti Adam Sandler yang biasanya, tapi bagi saya komedinya masih bisa dinikmati meski mungkin bisa dibilang ringan dan tak jauh dari level ‘biasa saja’.
Alur cerita film The Cobbler memang bukanlah film yang berat dan mengandung misteri yang berlebihan. Sejatinya, film ini hanyalah film drama komedi dengan nuansa fantasi yang kuat. Meski demikian, McCarthy seperti berusaha untuk memunculkan twist dan unpredictable ending untuk membuat pengunjungnya bergumam ‘ohhhh ternyata….’. Dan untuk sebuah film yang dikategorikan drama comedy, usaha McCarthy tersebut patut diacungi jempol. Walau pada beberapa bagian akhir, alur menjadi cukup cepat sehingga kita sedikit dipaksa berfikir untuk mengikuti lompatan-lompatan dari potongan cerita yang disajikan.
Overall, untuk tontonan dikala senggang atau saat akhir pekan, mungkin The Cobbler bisa dijadikan pilihan yang menarik. Namun jika anda mencari tontonan dengan misteri yang sesungguhnya, atau film yang sangat berwarna khas drama comedy, mungkin film ini kurang tepat karena ada diantara keduanya. Tidak ada unsur dewasa disini, kecuali sedikit adegan kekerasan. Sehingga mungkin cocok untuk film hiburan di ruang keluarga. Untuk itu, iKurniawan.com rasanya akan memberikan nilai 6.7/10.
Sinposis Cerita Film The Cobbler (2014)
Max Simkin (Adam Sandler) adalah seorang tukang memperbaiki sepatu di salah satu sudut kota New York. Ia melakukan pekerjaannya tersebut di toko yang merupakan peninggalan ayahnya. Hingga suatu hari saat ia sedang memperbaiki sepatu pelanggannya, alat yang dimilikinya rusak dan tidak bisa digunakan. Karena dikejar waktu, Max akhirnya menggunakan alat tua peninggalan kakek buyutnya. Hingga akhirny Max sadar ada yang aneh dengan alat tersebut saat ia mencoba menggunakan sepatu pelanggannya yang sudah ia perbaiki.